Mohon tunggu...
DiendiAD
DiendiAD Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Mahasiswa Mercubuana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Jeremy Bentham's Hedonic Calculus dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

14 Desember 2023   19:54 Diperbarui: 14 Desember 2023   20:45 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kritik terhadap Kalkulus Hedonistik Bentham termasuk kesulitan dalam mengukur dan membandingkan dengan tepat berbagai jenis kesenangan dan rasa sakit, serta potensi pengorbanan hak-hak individu dan keadilan dalam upaya mencapai kebahagiaan keseluruhan.

Penting untuk dicatat bahwa sementara ide-ide Bentham membentuk dasar utilitarianisme, filsuf-filsuf berikutnya seperti John Stuart Mill memodifikasi dan mengembangkan teori tersebut, menggabungkan perbedaan kualitatif antara berbagai jenis kesenangan dan menekankan pentingnya hak-hak individu dan keadilan.

Kritik dan Pengembangan

Meskipun konsep Kalkulus Hedonistik oleh Jeremy Bentham merupakan langkah maju dalam pemikiran etika utilitarianisme, beberapa kritik dan pengembangan telah muncul dari berbagai pihak.

Kritik terhadap Kalkulus Hedonistik:

  • Subjektivitas Penilaian: Salah satu kritik utama terhadap Kalkulus Hedonistik adalah subjektivitas penilaian terkait intensitas, durasi, dan jenis kesenangan atau rasa sakit. Menilai sejauh mana suatu tindakan akan memberikan kebahagiaan atau rasa sakit dapat bervariasi antar individu.
  • Kesulitan Pengukuran: Mengukur kesenangan dan rasa sakit dengan parameter numerik dapat menjadi sulit dan kompleks. Konsep-konsep seperti "intensitas" dan "durasi" seringkali sulit diukur secara objektif.
  • Nilai Kuantitatif vs. Kualitatif: Kritik lain menyoroti bahwa Kalkulus Hedonistik lebih fokus pada aspek kuantitatif daripada kualitatif dari pengalaman manusia. Beberapa berpendapat bahwa tidak semua kesenangan dan rasa sakit dapat direduksi menjadi angka-angka.

Pengembangan dalam Utilitarianisme:

Mill dan Kualitas Kesenangan: John Stuart Mill, seorang pengikut Bentham, mengembangkan utilitarianisme dengan menekankan perbedaan kualitatif antara berbagai jenis kesenangan. Mill berpendapat bahwa beberapa jenis kesenangan memiliki nilai intrinsik yang lebih tinggi daripada yang lain.

Pentingnya Hak Individu: Beberapa filsuf mengembangkan utilitarianisme dengan memasukkan pentingnya hak individu dan keadilan. Mereka berpendapat bahwa prinsip utilitarianisme tidak boleh mengorbankan hak-hak individu atau mengabaikan pertimbangan keadilan.

Utilitarianisme Rule-Based: Beberapa varian utilitarianisme mengusulkan pendekatan berbasis aturan, di mana tindakan dianggap baik jika sesuai dengan aturan yang, jika diikuti oleh semua orang, akan menghasilkan hasil yang paling menguntungkan secara keseluruhan.

Meskipun Kalkulus Hedonistik Bentham telah menjadi titik awal yang penting dalam pengembangan etika utilitarian, perdebatan dan pengembangan konsep ini terus berlanjut dalam kajian filsafat etika.

Relevansi dan Kontroversi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun