Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... -

"When the message gets across, it can change the world"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melacak Jejak Peradaban di Lereng Gunung Pulosari Pandeglang (2)

16 Mei 2019   07:47 Diperbarui: 16 Mei 2019   08:05 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Gunung Pulosari. Tersohor hingga Kerajaan Majapahit (dokpri)

Irisan dengan Kerajaan Sunda dan Sriwijaya

Jejak arkeologi berupa lima buah arca bergaya Hindu di kawah Gunung Pulosari tampaknya berasal dari masa jauh sebelum Raga Mulya. Hal ini merupakan kesimpulan Friedriech, ilmuwan Belanda pada tahun 1850 yang meneliti penemuan arca bergaya Hindu tersebut.

Arca-arca ini menggambarkan Siwa Mahadewa, Durga, Betara Guru, Ganesa dan Brahma serta sebuah lapik berhiaskan seekor naga. Lapik dan ke-lima arca ini ditemukan di dekat kawah Gunung Pulosari dan sempat menghiasi taman Asisten Residen Belanda dan dikenal dengan nama "arca-arca Caringin".

Arca dan lapik ini sudah dipindahkan ke Museum Bataviaasch yang sekarang menjadi Museum Nasional, Jakarta.  Pada akhir April 2019 saya mencari-cari jejak arca-arca Caringin ini di Museum Nasional, tetapi belum dapat secara presisi menemukannya.

"Sudah pasti bahwa benda-benda antik ini tidak berasal dari Kerajaan Pakuan Pajajaran, karena apa yang kita miliki dan ketahui tentang kerajaan ini menunjukkan Pajajaran jauh ketinggalan dalam bidang ilmu dan seni. Begitu pula dengan benda-benda antik dari Majapahit yang jauh ketinggalan dibandingkan benda-benda dari zaman sebelumnya" demikian kesimpulan Friedriech (Guillot, 2008, hal 17).

Lebih lanjut Friedrich mengajukan hipotesis tentang adanya kerajaan Hindu di Banten sebelum zaman Pajajaran. Dugaan lainnya adalah adanya pendatang Hindu yang pernah menetap di daerah ini, mendirikan kerajaan makmur yang kekayaannya berasal dari perniagaan di Selat Sunda.

Dua abad setelah hipotesa awal Friedriech, Claude Guillot menawarkan hipotesa baru.

"Kerajan yang dicari Friedrich ini nampaknya bernama Sunda dan didirikan pada tahun 932, di bawah naungan Sriwijaya. Ibu kotanya terletak di Banten Girang dan wilayahnya terbentang di seluruh pesisir yang membatasi Laut Jawa, dari Bogor sampai ke Gunung Pulasari, yang menjadi gunung keramat negara baru ini" tulis Guillot (2008, hal 20).

"Setelah jatuhnya kerajaan di Jawa Tengah sekitar tahun 930 M, para elitnya kebanyakan pindah ke Jawa Timur, tetapi sekelompok kecil, yang mungkin berasal dari Sunda di Jawa Tengah, dengan alasan tidak diketahui, memilih untuk pergi ke Jawa Barat yang saat itu berada dalam kekuasaan Sriwijaya. .........." tulis Claude Guillot (2008, hal 22-25). Ia melanjutkan

"Pada tahun 932, mereka mendirikan sebuah kerajaan yang tunduk yang dinamakan Sunda, tepat di wilayah kerajaan Taruma yang punah lebih dari dua setengah abad sebelumnya. Mereka membawa serta kebudayaan dan kepercayaannya. Bersamaan dengan didirikannya ibu kota (Banten Girang?), mereka membangun sebuah candi Siwa di atas Gunung Pulasari".

Tentang awal berdirinya Kerajaan Banten Girang, ada dugaan bahwa hal ini berhubungan dengan Prasasti Kebon Kopi II (yang hilang sejak tahun 1940-an) di daerah Ciampea, Bogor. Interpretasi dari isi prasasti tersebut berkaitan dengan penyerahan kerajaan Sunda, yang diduga berkaitan dengan pendirian kerajaan Banten Girang pada awal abad ke-10. Membahasnya di sini akan terlalu panjang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun