Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... -

"When the message gets across, it can change the world"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melacak Jejak Peradaban di Lereng Gunung Pulosari Pandeglang (2)

16 Mei 2019   07:47 Diperbarui: 16 Mei 2019   08:05 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Gunung Pulosari. Tersohor hingga Kerajaan Majapahit (dokpri)

Saat itu, Hasanudin hanya singgah sebentar di Banten Girang dan langsung menuju Gunung Pulosari. Rupanya penting bagi Hasanudin untuk 'menaklukkan secara batin' negeri yang mereka incar ini.

Sebuah tradisi yang mengakar kuat di Jawa dan tercermin dalam Serat Centhini, menyebutkan bahwa jika suatu masyarakat atau golongan rakyat berpindah agama, maka para pemimpin agama-lah yang pertama-tama memeluk agama baru, seolah-olah mereka merupakan golongan pendeta yang mantap, apapun ajaran yang dianut mereka (Guillot et al, 1996, hal 98-106).

Gua kuno yang dipercaya sebagai tempat semedi Raga Mulya di Banten Girang (Dokpri)
Gua kuno yang dipercaya sebagai tempat semedi Raga Mulya di Banten Girang (Dokpri)

Sesuai dengan tradisi ini, Hasanudin berupaya mengislamkan golongan ajar-ajar itu. Konon, Hasanudin tinggal di Pulosari selama lebih dari 10 tahun. Sajarah Banten mencatat keberhasilan Hasanudin lewat kisah kemenangan dalam adu ayam melawan para ajar.  Baru sesudah kemenangannya di bidang agama, Hasanudin berani melancarkan serangan militer atas pusat politik Banten Girang.

Nantinya di Banten Girang, kita akan mempelajari tokoh penting bernama Ki Jong dan Agus Jo yang pertama kali memeluk agama Islam dan setia pada Raja Islam pertama yaitu Hasanudin. Ki Jong merupakan punggawa penting Kerajaan Pakuan Pajajaran yang ditugaskan di Banten Girang. 

Nantinya dengan bantuan "orang dalam" di ibu kota Pakuan Pajajaran, mereka membuka jalan bagi Pasukan Banten yang menerobos masuk Parit Pakuan Pajajaran untuk menyerang ibu kota, mengakhiri kisah kerajaan Pakuan Pajajaran pada tahun 1579. Hingga saat ini, kita bisa melihat dan ziarah ke makam Ki Jong dan Agus Jo di Banten Girang.  

Kerajaan Tua Nusantara di Banten : Berawal di Laut, Berakhir di Gunung 

Tidak jelas apa yang terjadi dengan Raga Mulya setelah penaklukan tersebut. Apakah beliau terbunuh? Apa yang beliau lakukan setelah penyerangan Banten ke Pakuan Pajajaran di Bogir pada tahun 1579? Di mana beliau dipusarakan? Semoga berikutnya, ada pencerahan literatur tentang hal ini.

Namun, ada catatan yang sangat menarik untuk disimak dari penelusuran literatur ini.

Di Teluk Lada, Banten, disebutkan pernah ada sebuah kerajaan tua bernama Salakanagara. Keberadaannya masih timbul tenggelam, dan belum memiliki jejak peninggalan yang pasti. Namun, keberadaan kerajaan ini sudah pernah dikabarkan oleh utusan Cina dan para saudagar Arab yang berdagang ke India yang 'disadap' oleh ahli ilmu bumi Mesir bernama Claudius Ptolemeus dalam bukunya Geographia pada sekitar tahun 150 M.

Sedangkan, berita dari Cina pada masa Dinasti Han (sekitar tahun 132 M) menyebutkan adanya Raja Yeh-tiao yang diduga sama dengan Yawadwipa atau Yabadiu, dan nama Tiao-pien diduga sama dengan Dewawarman, yang diduga adalah Raja Salakanagara (130 -- 168 M). Perkiraan waktu Kerajaan Salakanagara ini yaitu antara 130 -- 455 Masehi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun