Tanaman anggur diusahakan dimulai dari stek tanaman anggur lokal ( sebenarnya tak ada anggur lokal) lalu kemudian disambung baik pucuk maupun batang, setelah itu dikembangkan menjadi bibit anggur.
Perawatan anggur susah susah gampang, mungkin lebih tepatnya ribet. Perlu ketelatenan, keuletan dan disiplin tinggi serta kesabaran tingkat dewa. Persoalan penyesuaian iklim, angin, suhu hingga musim perlu diantisipasi . Oleh sebab itu banyak petani anggur bila hanya coba coba dan kurang disiplin, pasti  akan menemui kegagalan.
Begitu juga dengan persediaan awal media tanam untuk anggur, kotoran hewan, sekam bakar hingga pasir Lembang sudah harus di siapkan lebih awal. Selanjutnya untuk perawatan bisa dengan pupuk organik seperti jakaba atau pupuk anorganik seperti NPK.
Sedangkan untuk mengurangi hama penyakit bisa juga dengan insektisida herbal atau obat obatan buatan pabrik.
Yang paling penting perawatan anggur adalah  intensitas cahaya matahari, termasuk pengaturan agar tidak terkena air hujan secara langsung, harap maklum air hujan di Jakarta karena terlalu banyak polusi maka air hujan sangat bersifat asam. Kondisi asam sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman anggur.
Rupanya kehadiran temen temen dari Dinas Lingkungan Hidup DKI tertarik juga dengan tanaman anggur. Hal ini dikarenakan tidak semua RW atau Kelurahan yang menjalan kan program kampung iklim (Proklim) mempunyai rencana program gang hijau dengan menggunakan tanaman anggur
Untuk sebagai contoh awalan Irfan salah satu pengawas Lingkungan Hidup kecamatan Senen Jakarta Pusat membeli satu pohon tanaman anggur, tanaman anggur yang dibeli rencananya akan ditanam dihalaman kantor nya.
Terima kasih ayah didi ucapkan atas kehadiran Mas Tomy dengan kawan kawan. Mohon maaf lahir dan batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H