Mohon tunggu...
Didi Suprijadi ( Ayah Didi)
Didi Suprijadi ( Ayah Didi) Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, pembimbing dan pengajar

Penggiat sosial kemasyarakatan,, pendidik selama 40 tahun . Hoby tentang lingkungan hidup sekaligus penggiat program kampung iklim. Pengurus serikat pekerja guru.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sholat Ied di Masjid Tertua di Jakarta, Masjid Jami Assalafiyah

11 April 2024   12:20 Diperbarui: 11 April 2024   12:23 1881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Didi Suprijadi dan keluarga, mohon maaf lahir dan batin sumber gambar dokumen pribadi 

Sholat Ied di Masjid Tertua di Jakarta, Masjid Jami Assalafiyah.

Hari itu sejak matahari terbenam Selasa 9 April 2024 terdengar ramai dimana mana Suara Takbir, Allahuakbar tanda berakhirnya Bulan Ramadhan yang penuh makna di tahun 1445 H.

Suara takbir berkumandang mulai dari yang di jalanan melalui kegiatan takbir keliling , musholla hingga Masjid masjid, termasuk masjid tertua di Jakarta yaitu Masjid Jami Assalafiyah.

Masjid Jami Assalafiyah terletak di kompleks pemakaman wakaf Pangeran Jayakarta RT 06, RW 03 kelurahan Jatinegara kaum, Jakarta Timur.

Gema Takbir berkumandang dari mulai Magrib hingga menjelang sholat Ied dilaksanakan yaitu pukul 07.00 Rabu 10 April 2024.


Dengar seksama khotbah sumber gambar dokumen pribadi 
Dengar seksama khotbah sumber gambar dokumen pribadi 


Allah Akbar Allah Akbar, Allah Akbar Walillah Ilham demikian suara takbir bergema sepanjang malam hingga Shubuh ber sahut sahutan antara satu musholla dengan musholla lainnya.

Pagi hari Rabu 1 Syawal 1445 H ayah didi bersama keluarga dan ketiga cucu tepat pukul 06.30 sudah hadir di pelataran masjid Jami Assalafiyah berniat mengikuti sholat sunah Iedul Fitri bersama ribuan jamaah lainnya.

Sholat idul Fitri tahun ini jemaah nya sangat banyak hingga membludak  sampai jalan raya Jatinegara kaum. Shaf shaf pagi itu yang ada di dalam masjid sudah penuh, sedangkan shaf yang berada di luar masjid ada di jalan raya memanjang hingga ratusan meter.

Shaf di jalan raya sumber gambar dokumen pribadi 
Shaf di jalan raya sumber gambar dokumen pribadi 


Sejarah Berdirinya Masjid Jami Assalafiyah,

Berawal dari kekalahan perang Pasukan Pangeran Jayakarta melawan pasukan Belanda di daerah Sunda kelapa mangga dua jakarta, awalnya pada tahun 1619, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Pangeran Jayakarta dengan VOC. Gubernur Jenderal, Jaan Pieter Zoon Coen sendiri , memimpin langsung pertemuan saat itu dengan pasukan Pangeran Jayakarta.

Bukan kuatnya pasukan Belanda yang membuat tersingkirnya pasukan Pangeran Jayakarta dari Mangga dua yang mengakibatkan jatuhnya Batavia ketangan VOC, tetapi akibat adanya penghianatan dari anggota pasukan pribumi.

Ziarah kubur sumber gambar dokumen pribadi 
Ziarah kubur sumber gambar dokumen pribadi 


Untuk menyelamatkan diri, keluarga dan pasukan nya serta untuk melanjutkan perjuangan, pangeran Jayakarta menepi ke arah Timur Batavia.

Tepat nya di tepi sungai Sunter daerah Klender yang saat itu masih ditumbuhi pohon pohon jati pasukan pangeran Jayakarta membangun suatu pemerintahan baru yang disebut Jatinegara kaum. Kata Jatinegara kaum sendiri mengandung arti negara sejati. Hingga kini sisa sisa pohon jati masih bisa ditemui di kompleks pemakaman pangeran Jayakarta.

Untuk melanjutkan Pemerintahan nya Pangeran Jayakarta membangun suatu Masjid. Masjid ini persisnya didirikan pada tahun 1620 M. Pada mulanya Masjid ini didirikan bukan hanya untuk urusan ibadah semata, tetapi untuk menghimpun para jawara (preman, jagoan) dan ulama untuk meneruskan perjuangannya melawan Pemerintah Belanda dan untuk menyiarkan agama Islam di tanah Batavia sekaligus sebagai pusat pemerintahan.

Masjid Jami Assalafiyah Masjid Tertua di Jakarta

Tampilan depan masjid sumber gambar dokumen pribadi 
Tampilan depan masjid sumber gambar dokumen pribadi 

Masjid dibangun tahun 1620 M, awalnya Masjid dibangun dengan  atap masjid yang asli berbentuk limasan tunggal dengan hiasan mustaka berbahan tanah liat bakar, sedangkan ruang induk tambahan beratap limasan tumpang tiga dengan ujung atap pertama bentuknya agak melengkung ke atas seperti pada bangunan rumah Tionghoa.

Masjid ini beberapa kali diperbaiki dan direnovasi akan tetapi tetap ada bagian yang masih tetap dipertahankan utuh hingga sekarang, seperti empat tiang penyangga utama yang terbuat dari bahan kayu jati.

Dahulu Masjid ini dikenal dengan nama masjid kaum, tetapi berganti nama saat gubernur DKI Jakarta yang pertama kali bapak  Soemarno dalam perayaan Isra Miraj nabi Muhammad pada tanggal 13 Januari 1961 memberikan nama kepada Masjid kaum dengan nama baru As-Salafiyah.

Menurut beberapa ahli arti dari Assalafiyah itu adalah pengikut para pendahulu yang saleh. Masjid Jami Assalafiyah berasal dari beberapa kata dalam bahasa Arab. "Masjid" adalah tempat peribadatan kaum muslim. "Jami" artinya besar. "Assalafiyah" berasal dari kata "[salaf]" adalah kependekan dari "Salaf al-li" (Arab: ), yang artinya "pendahulu yang saleh". Dalam sejarah Islam, "pendahulu yang saleh" ini merujuk kepada tiga generasi terbaik umat Muslim, yaitu sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in. Ketiga generasi inilah dianggap sebagai contoh terbaik dalam menjalankan syariat Islam. Sedangkan "yah" berarti pengikut. Sehingga, artinya "Pengikut Para Pendahulu Yang Saleh."

Kemudian pada tahun 1993 masjid bersejarah ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Nomor 475 Tahun 1993.

Bersama anak cucu setelah pulang sholat sumber gambar dokumen pribadi 
Bersama anak cucu setelah pulang sholat sumber gambar dokumen pribadi 

 Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia, Masjid Assalafiyah saat ini berdiri di atas tanah seluas 7.000 m2 dengan luas bangunan 450 m2. Daya tampung jamaahnya 800 orang, dan jumlah pengurusnya 25 orang.

Indahnya  lebaran tahun ini sholat Ied di Masjid Tertua dengan suasana silaturahmi sesama anak keturunan Pangeran Jayakarta. Kebetulan ayah didi dan keluarga merupakan bagian kecil dari keluarga besar keturunan pangeran Jayakarta. Istriku merupakan keturunan langsung dari Pangeran Sageri yang masih kerabat dengan Pangeran Jaketra alias Pangeran Jayakarta.

Selamat Idul Fitri 1445 H . Minal Aidzin Wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun