Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Benarkah Kita Boleh Menulis Puisi Semau Kita Sendiri?

14 Mei 2020   02:57 Diperbarui: 14 Mei 2020   21:43 2310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
@SapardiDD | twitter.com

Substansi berisi kandungan pokok yang berada di dalam tulisan, semisal tulisan cerita harus mengandung ruang, waktu dan peristiwa sedangkan tulisan puisi mempunyai bahasanya sendiri. Kaidah adalah semacam SOP (Standard Operating Procedure) yang harus dilakukan dalam giat tertentu. 

Namun dalam giat sastra memang tidak perlu SOP alias tidak perlu kaidah. Sebab dari sastra akan lahir kaidah, lahir pikiran-pikiran baru, dan lahir inovasi baru sesuai minat pembaca sastra. 

Jadi sastra memang tidak perlu kaidah. Justru kaidah bisa dilahirkan oleh sastra. Sehingga di antara peran serta sastrawan adalah melahirkan kaidahnya sendiri, bukan mengikuti SOP yang sudah ada.

Jika demikian, lalu bagaimanakah semestinya kita (mulai) menulis puisi? Benarkah kita boleh menulis puisi semau kita sendiri, atau kita tetap harus mengikuti kaidah-kaidah yang (sudah) ada?

Bagi saya pribadi, puisi atau sastra sama seperti bidang seni lainnya seperti seni lukis, musik. Atau bahkan bidang-bidang umum lainnya. 

Belajar cara menulis puisi, sama seperti bagaimana kita belajar cara menulis huruf dan angka, sama seperti kita belajar melukis, sama seperti kita belajar memasak, bersepeda. 

Selalu terbuka dua metode yang dilakukan oleh guru terhadap kita atau apa yang dapat kita lakukan. Mengurai (teori-teori)nya terlebih dahulu atau langsung praktek terlebih dahulu. 

Seperti saat kita belajar memasak. Tanpa guru masak dan tanpa satu pun resep masakan yang kita miliki, kita bisa mulai belajar memasak melalui proses trial and error dengan memperhatikan dan merasakan cita rasa masakan yang ada. 

Demikian halnya kita belajar melukis. Ada guru lukis yang memaparkan teori-teori lukis terlebih dulu kepada kita: mengenalkan tentang warna-warna, bagaimana teori perpaduan warna, bagaimana teori menggunakan kuas, dan sebagainya. 

Ada juga guru lukis yang langsung mengenalkan berbagai lukisan pada kita, tanpa menceramahi kita dengan satu pun teori dan langsung membiarkan kita bermain-main dengan cat dan kanvas, membebaskan kita bereksplorasi berdasarkan pemahaman kita terhadap lukisan-lukisan yang telah kita kenal.

Dalam belajar menulis puisi, bagi kita yang telah terbiasa menjalani sesuatunya berdasarkan SOP atau kaidah, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika kita mempelajari kaidah-kaidah puisi terlebih dahulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun