Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Menelusuri Hoaks

25 Maret 2020   19:40 Diperbarui: 25 Maret 2020   20:12 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
contoh postingan hoax. gambar: kominfo.go.id

Semakin terbukanya ruang komunikasi, terutama melalui media sosial, mau tidak mau membuka celah juga bagi hoax untuk berkembang. Di mana kemudahan akses untuk mendapatkan informasi sekaligus meneruskan atau menyebarkannya, seringkali tidak dibarengi dengan tindakan yang bijak. Inilah yang memberi celah bagi hoax tersebut.

Informasi yang didapatkan seringkali tidak ditelaah, dipercayai begitu saja, disebarluaskan begitu saja. Terlebih jika informasi yang ada dikirim oleh orang yang kita kenal dan di dalam informasi tersebut tertera nama orang atau lembaga terpecaya. Padahal, tidak semua informasi benar adanya. Banyak informasi yang telah dipelintir atau sengaja dibuat dengan mengada-ada.

Seperti yang berkenaan dengan wabah COVID-19 saat ini. Di media-media sosial seperti Facebook, Twitter maupun Instagram atau grup-grup percakapan seperti WAG, banyak kita dapatkan informasi-informasi yang tidak benar yang penyebarannya bahkan lebih cepat dari COVID-19 itu sendiri, yang pada kondisinya membuat masyarakat menjadi ragu, panik bahkan tidak terkendali.

Lalu, bagaimana cara kita mengenalinya? Bagaimana cara kita mengetahui bahwa informasi yang kita dapatkan adalah hoax belaka?

Pencarian Online

Untuk melakukan penelusuran hoax melalui Google sebenarnya cukup mudah. Kita tinggal memasukkan kata kunci informasi yang akan kita cari disertai kata hoax di depannya.

Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan menelaah sendiri informasi tersebut. Kita coba pikirkan secara rasional kebenarannya.

Misalnya informasi yang sering beredar melalui SMS dan WhatsApp tentang hadiah-hadiah gratis seperti di bawah ini.

contoh informasi yang cenderung menyesatkan (dokpri)
contoh informasi yang cenderung menyesatkan (dokpri)

Kalaupun kemudian kita merasa tertarik ataupun cenderung mempercayainya, sebaiknya kita melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum mengikuti intruksi yang ada atau menyebarkannya ke yang lain. 

Kita bisa melakukan pengecekan baik melalui penelusuran semacam Google atau dengan menghubungi pihak yang berwenang (misalnya operator selular). Jika kita memang kemudian bisa membuktikan sendiri kebenarannya, bahwa hadiah memang telah kita terima seperti yang dijanjikan, barulah kita dapat meneruskan atau menyebarkannya kepada yang lain. 

Bukan kita menyebarkannya terlebih dahulu sembari menunggu ada yang menjadi korban atau tidak. Ini sama saja dengan pagar makan tanaman. Terlebih jika kita pun meragukannya.

Dengan kita menyebarkannya, bukankah sama juga dengan kita meragukan ketajaman pisau yang dikatakan orang tidak bisa melukai namun kita enggan mengujinya sendiri lalu kita mengabarkannya kepada orang lain hingga benar ada yang terluka baru kita pun mempercayai bahwa itu penipuan belaka. 

Untuk melakukan penelusuran hoax melalui Google sebenarnya cukup mudah. Kita tinggal memasukkan kata kunci informasi yang akan kita cari disertai kata hoax di depannya. Misalnya kita ingin menguji kebenaran sebuah puisi yang beredar di media sosial yang berjudul Bubarnya Agama yang disebutkan ditulis oleh K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus. Kita bisa mencarinya misalnya dengan kata "hoax puisi gus mus bubarnya agama" seperti berikut:

contoh pengujian hoax melalui Google (dokpri)
contoh pengujian hoax melalui Google (dokpri)

Jika dari kata kunci yang kita masukkan ternyata hasilnya negatif (tidak ada indikasi hoax), kita bisa mencoba dengan kata kunci lainnya, atau melakukan penelusuran di tempat lainnya seperti pencarian di laman Facebook, Twitter dan Instagram ataupun di situs-situs khusus yang menangani hoax seperti situs kominfo.go.id, turnbackhoax.id, atau stophoax.id.

Bisa juga dengan menanyakannya langsung ke angggota grup lain (jika kita mendapatkannya di grup). Intinya, usahakan kita mendapatkan informasi yang jelas terlebih dahulu tentang sebuah informasi sebelum kita meneruskan ataupun menyebarkannya ke orang lain.

Manipulasi

Selain penipuan, hoax bisa juga berupa pemanipulasian informasi. Informasi yang sebelumnya sebenarnya valid atau benar, telah dimanipulasi sehingga menjadi tidak benar. Misalnya dengan menambahkan konten ataupun dengan memotong konten informasi tersebut sehingga akan menimbulkan persepsi yang berbeda dengan konten aslinya.

Penambahan biasanya terjadi pada konten gambar di mana pada gambar yang sebenarnya dibubuhi teks atau kalimat-kalimat yang cenderung bernada provokatif. Sementara pemotongan biasanya terjadi pada konten video seperti ceramah atau kejadian lainnya.

Manipulasi informasi bisa juga dengan mengganti judul atau penulis/pembuat konten aslinya. Misalnya pada puisi Bubarnya Agama seperti yang telah saya singgung di atas.

Puisi tersebut beredar dengan judul yang beragam. Ada yang bernada positif, Tuhan Mengajarkan Melalui Corona, ada juga yang bernada negatif, Bubarnya Agama. Entah mana yang benar. Puisi tersebut banyak disebar secara anonim, namun banyak juga yang menyertakan Gus Mus sebagai penulisnya, baik menggunakan judul yang pertama ataupun yang kedua.

Dari hasil penelusuran yang saya lakukan melalui Google, ternyata puisi tersebut bukanlah tulisan Gus Mus sebagaimana yang diklarifikasi oleh menantu Gus Mus, Ulil Abshar Abdalla, melalui akun Twitter-nya di sini.

Demikian dan mudah-mudahan bermanfaat. Ada sebuah pepatah atau nasehat yang kiranya perlu kita ingat sebelum berbagi informasi di media sosial: "jarimu adalah harimaumu!"

Salam waras!

Referensi penelusuran dan pengaduan hoax:

Baca juga tulisan KBC-43 menarik lainnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun