Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Edgar Allan Poe, antara Realita, Mimpi, dan Karya

25 Maret 2020   09:59 Diperbarui: 25 Maret 2020   10:40 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edgar Allan Poe. Ilustrasi: Edgar Allan Poe: Storyteller | .eapoe.org

Oleh: Prof. F. Cowles Strickland

Pengantar:

 Setelah beberapa waktu yang lalu saya menghadirkan terjemahan beberapa karya Poe, yaitu Kucing Hitam (The Black Cat), Pembunuhan di Rue Morgue (The Murder in The Rue Morgue) serta Topeng Kematian Merah (The Mask of The Red Death), kiranya perlu juga saya hadirkan biografi mengenai sastrawan yang cukup fenomenal baik kisah-kisah di dalam karya-karyanya maupun kisah kehidupannya sendiri. Karena dengan mengenal sosok pribadi di balik karya-karya yang kita baca, setidaknya, akan menambah referensi kita untuk dapat memahami dan atau menangkap isi atau pesan di dalamnya. Selamat membaca. (KBC-43)

DI ANTARA para penulis Amerika, dewasa ini, barangkali, Edgar Allan Poe-lah yang paling terkenal di luar Amerika. Ada sesuatu pada puisi-puisi dan khususnya pada cerita-cerita pendeknya yang menarik perhatian orang-orang di seluruh penjuru dunia.

Mungkin adalah suatu keyakinan yang kita semua miliki yang menghubungkan kita bersama bahwa kita akan mati; mungkin itulah apa yang kita rasakan sama dengan Edgar Poe. Untuk cerita-cerita pendeknya, setidaknya yang orang-orang baca sekarang, penuh dengan kematian, ketakutan, dengan lebih dari ketakutan---dengan teror; berisi dengan pembunuhan-pembunuhan tanpa alasan, pembunuhan-pembunuhan karena balas dendam; berisi dengan wanita-wanita cantik yang mati dengan pelan dan tenang, begitu tenang yang tidak seorangpun tahu pasti kapan mereka mati---atau bahkan apakah mereka benar-benar mati! Cerita-cerita Poe berisi dengan keganjilan dan keanehan, dengan kejadian-kejadian tidak nyata yang nampak nyata.

Sungguh, cerita-cerita itu nampak begitu nyata yang seolah jika Poe tidak mengalaminya sendiri dia takkanlah dapat menuliskannya. Hingga, seiring tahun-tahun berlalu, orang-orang pun mulai melukiskan pada angan-angan mereka seorang bernama Poe yang sama dengan orang-orang dalam cerita-cerita Poe; seorang yang tidak memiliki kendali penuh atas pikirannya, seorang yang gila, barangkali, atau setengah gila; seorang yang kacau dalam tingkah-tingkahnya yang aneh.

Tidak diragukan lagi bahwa Poe memang menggunakan pengalaman-pengalaman pribadinya dalam menuliskan cerita-ceritanya. Toh, bukan berarti Poe adalah orang-orang yang ada dalam cerita-ceritanya. Siapa dia, lalu? Siapakah dia?

Edgar Poe dilahirkan di Boston, Massachusetts, pada bulan Januari 1809. Ibu dan ayahnya adalah pemain lakon. Mereka berkeliling di wilayah timur Amerika, menjelajahi kota demi kota, bermain lakon yang tidak seorangpun ingat sekarang. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang pasti, hanya kamar-kamar hotel.

Suatu hari, saat Poe baru berusia sembilan bulan, ayahnya pergi jauh dan tak pernah terlihat lagi. Tidak seorangpun tahu kenapa. Nyonya Poe yang malang ditinggal bersama dua anak kecil dan seorang janin di kandungannya. Dan Poe baru berusia dua tahun saat ibunya meninggal, dan diapun bersama saudara laki-laki dan adik bayi perempuan mereka ditinggal sendirian di dunia ini.

Ini terjadi di Richmond, di negara bagian Virginia. Seorang lelaki bernama John Allan membawa Poe ke rumahnya di Richmond. Tapi Tuan Allan tidak pernah mengadopsi Poe; dalam arti, dia tidak pernah menjadikan Poe anaknya secara hukum. Dan Tuan Allan tidak pernah memasukkan Poe ke dalam hatinya, juga. Inilah penyebab dari berbagai kesulitan Poe saat ia beranjak dewasa. Toh, Nyonya Allan tidaklah memiliki seorangpun anak kandung, dan dia sangat menginginkan seorang anak. Maka ia sangat-sangat mencintai Poe. Ini, juga, barangkali yang menyebabkan kesulitan bagi Poe kemudian.

Toh Tuan Allan, bagaimanapun, membekali Poe muda dengan pendidikan yang baik. Poe bersekolah di tempat-tempat yang baik sejak dia berusia empat hingga tujuh belas tahun. Saat Poe berusia tujuh belas tahun dia mulai menjalani pembelajaran-pembelajaran khusus untuk menyiapkan diri masuk ke universitas. Pada saat itu tidak banyak anak muda yang dapat melanjutkan ke universitas. Tapi saat itu Tuan Allan sangat kaya. Karenanya sulit memahami apa yang terjadi saat Poe sampai di Universitas Virginia di Charlottesville. Sebelum Tuan Allan kembali ke Richmond dia memberi Poe uang; tapi dia tidak memberinya cukup. Poe bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Akibatnya pada akhir hari pertamanya di universitas dia berhutang uang pada sedikitnya dua orang. Dia menyurati Allan, meminta lebih banyak uang; Allan mengiriminya, tapi lagi-lagi itu adalah jumlah yang kecil. Toh, Poe mendapati pedagang-pedagang di Charlottesville membiarkannnya mengambil barang-barang tanpa membayar. Mereka melakukannya karena mereka tahu Tuan Allan itu kaya. Mereka pikir Tuan Allan akan membayarnya.

Tapi ini hanyalah sebagian cerita. Poe seorang anak muda; dan dia tinggal dan belajar di tengah-tengah anak-anak muda. Dia melakukan hal-hal yang mereka lakukan. Satu hal yang mereka lakukan adalah berjudi; mereka bermain kartu dan pemenangnya akan memperoleh uang dari yang kalah. Semua yang kalah kecuali Poe, karena Poe tidak mempunyai uang. Dan dia seringkali kalah. Akibatnya Poe berhutang uang semakin banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun