Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Usai Wisudaku, Kau Kupanggil "Kakak"

27 Mei 2016   14:48 Diperbarui: 27 Mei 2016   17:44 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
srsht-kre.foto. pribadi

Pukul 13.15. Stasiun Prujakan Cirebon.

Aris Kurnia, mahasiswa perguruan tinggi Yogyakarta, membetulkan tas punggungnya. Ia meloncat dari pintu kereta bisnis Fajar Utama yang telah membawanya selama sekira lima jam dari kota gudeg. Headset warna putih masih menempel di telinganya. Ketika kakinya mendekati pintu keluar kompleks stasiun ia melepas headset, kemudian menyimpan di saku jaketnya. Aris, nama pemuda itu,  menyeberang jalan raya. Beberapa jenak kemudian ia telah duduk memesan soto.

Bagi dirinya, Majalengka dalam seminggu ini harus jadi miliknya. Dua hari yang lalu keponakannya mengirim SMS,

Mang Aris, mo pinjem matras gulung u/ kemah jumbara.” Membaca kata kemah jumbara, pemuda itu tersenyum. Ada sesuatu dengan nama jumbara, jumpa bhakti gembira, yang menjadi trade markanak-anak Palang Merah Remaja (PMR) dalam melakukan perkemahan bersama yang diisi berbagai macam kegiatan kreativitas dan aneka lomba. Ya, satu kata dari keponakannya telah membawa keinginannya untuk segera kembali ke Majalengka. Kebetulan perkuliahan semester ketiga belum dimulai.

Jumbara di mana?”

“SMP Cigasong!”

“Beres. Lusa , mamang pulang ke Majalengka kok!”

Adapun Jumbara sendiri bagi Aris, siswa SMP 11 Majalengka, menyimpan kenangan tersendiri. Di even yang keakraban dan kompetisi antar regu kegiatan ekstra PMR SMP se kabupaten Majalengka, ia mengenal Salsabila Jannah, gadis kecil dari SMP 13 Majalengka. Waktu itu dirinya mendadak terpana ketika regu putri SMP 13 Majalengka menyalipnya. Waktu hanya dalam hitungan empat sekon bertemu pandang. Aris merasa heran. Senyum gadis itu benar-benar memberi kesan yang aneh.

Sore hari Aris berniat membuat sejarah dalam hidupnya. Kesempatan ada. Ketika itu regu putri gadis baru tertahan hujan di jalur hiking, ia sudah siap dengan daun pisang. Ia ingin memberikan daun pisang itu. Berjalan perlahan sambil mengumpulkan keberanian, adalah sebuah perjuangan serius yang baru pernah ia alami. Namun apa mau dikata, rencananya buyar ketika gadis yang dituju menoleh ke arah dirinya.

“Eh sobat ... anak SMP 11 ya?” tanya gadis itu biasa. Justru Arislah yang gemetar bibirnya.

“Iiii.. iii.. iya....”

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun