Setiap orang pasti pernah punya mimpi besar dalam hidupnya. Ada yang ingin jadi dokter, pengusaha sukses, konten kreator terkenal, atau menaklukkan dunia lewat karya. Mimpi-mimpi ini begitu indah, bahkan seringkali membuat kita terbakar semangatnya di awal. Kita membayangkan betapa hebatnya jika semua itu tercapai. Namun, sayangnya, setelah beberapa hari atau minggu, semangat itu mulai pudar. Tugas mulai diabaikan, target tidak dicapai, dan waktu justru dihabiskan dengan scrolling media sosial atau rebahan tanpa arah. Kita pun mulai bertanya-tanya: mengapa bisa seperti ini? Mengapa kita begitu semangat di awal, tapi justru berhenti di tengah jalan?
Salah satu jawabannya adalah karena kita seringkali terlalu menikmati euforia awal tanpa menyiapkan tenaga untuk perjalanan panjangnya. Ketika kita bermimpi besar, ada rasa senang yang datang semacam dorongan motivasi instan yang terasa kuat. Tapi saat tantangan mulai muncul entah itu rasa lelah, bosan, gagal, atau tekanan dari sekitar kita mendadak kehilangan arah. Padahal, jalan menuju cita-cita memang penuh liku. Mimpi besar bukan untuk mereka yang hanya kuat bermimpi, tapi untuk mereka yang juga kuat bertahan.
Ada juga yang terlalu asyik membayangkan hasil akhir, tapi lupa merancang langkah-langkah kecil untuk sampai ke sana. Kita sibuk berkata, "Aku ingin sukses!" atau "Aku harus kaya sebelum umur 30," tapi lupa bertanya: apa yang bisa aku lakukan hari ini untuk sedikit lebih dekat ke sana? Saat mimpi tidak diiringi dengan rencana dan tindakan konkret, ia hanya akan jadi fantasi. Ironisnya, semakin sering kita membayangkannya, semakin besar rasa malas karena realita terasa makin jauh dari mimpi.
Kemalasan juga sering menyamar sebagai ketakutan. Banyak dari kita malas bukan karena benar-benar tidak mau, tapi karena takut: takut gagal, takut dikecewakan, takut dikomentari orang lain, bahkan takut dengan potensi diri sendiri. Maka, daripada mencoba dan jatuh, kita memilih diam dan membiarkan waktu berlalu. Dalam jangka pendek, ini terasa aman. Tapi dalam jangka panjang, inilah jebakan yang menghancurkan potensi kita secara perlahan.
Lingkungan juga memegang peran penting. Kalau kita berada di tengah orang-orang yang juga suka menunda, gampang menyerah, dan senang menyalahkan keadaan, maka besar kemungkinan kita akan tertular. Sebaliknya, jika kita punya teman atau komunitas yang produktif, penuh semangat, dan saling mendukung, maka semangat kita akan lebih terjaga. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi dengan siapa kita paling sering menghabiskan waktu.
Yang tak kalah penting, banyak orang memiliki semangat, tapi tidak punya manajemen diri yang baik. Mereka tidak terbiasa mengatur waktu, mengendalikan pikiran, menjaga fokus, atau mengatur prioritas. Di era yang penuh distraksi seperti sekarang dengan notifikasi tak henti-henti, video pendek yang terus menggoda, dan budaya instan kita harus ekstra disiplin agar tidak kehilangan arah. Kemalasan seringkali hanyalah gejala dari hidup yang tidak tertata.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Pertama, ubahlah mimpi besar itu menjadi langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan harian. Jangan tunggu motivasi datang. Justru tindakan kecil yang dilakukan rutin akan membangun motivasi. Kedua, biasakan untuk menulis target dan evaluasi diri secara berkala. Ini akan membuatmu lebih sadar akan proses. Ketiga, pilih lingkungan yang sehat, yang mampu mengingatkanmu saat kamu mulai lemah. Dan terakhir, berani untuk jujur pada diri sendiri: apakah kamu sungguh menginginkan mimpi itu? Jika ya, maka tak ada alasan untuk terus diam.
Penutup
Mimpi setinggi langit bukanlah masalah. Justru itu baik, karena berarti kamu masih punya harapan dan arah. Tapi jangan biarkan mimpi itu hanya jadi hiasan dalam kepala. Mimpi itu menunggu kamu, bukan hanya untuk dipandang, tapi untuk diperjuangkan. Jalan memang tak mudah, semangat kadang turun naik, tapi siapa yang bertahan dan terus melangkah, dialah yang akan sampai. Ingatlah: rebahan bisa menenangkan sesaat, tapi hanya langkah nyata yang bisa mendekatkanmu pada cita-cita. Maka, bangkitlah. Langkahkan kaki, walau perlahan. Karena mimpi setinggi langit hanya akan jadi nyata jika kamu benar-benar mau berjalan ke arahnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI