Mohon tunggu...
Dicky Hibbul
Dicky Hibbul Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, Kelas D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Dakwah Kontemporer di Era Perubahan Sosial dan Teknologi

22 Juni 2025   14:31 Diperbarui: 22 Juni 2025   14:31 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam menghadapi dinamika kehidupan modern, dakwah Islam dituntut untuk tidak hanya mempertahankan esensinya, tetapi juga mampu beradaptasi secara strategis dengan perkembangan zaman. Itulah yang melahirkan konsep strategi dakwah kontemporer sebuah pendekatan berdakwah yang selaras dengan realitas sosial, budaya, dan teknologi masa kini.

Secara makna, strategi dakwah kontemporer merupakan perpaduan dari tiga elemen: strategi sebagai perencanaan operasional, dakwah sebagai seruan kepada Islam, dan kontemporer sebagai penanda masa kini. Dalam praktiknya, strategi ini mengandalkan pendekatan fleksibel yang mampu menyesuaikan metode dan taktik berdasarkan kondisi sosial masyarakat modern.

Ada tiga aspek utama dalam dakwah kontemporer. Pertama adalah sosok da'i yang juga mengalami transformasi. Tidak cukup hanya menyampaikan ajaran, seorang da'i kini harus menjadi teladan dalam gaya hidup modern yang kompleks, termasuk dalam menjawab isu-isu seperti makanan halal, pakaian yang sesuai syariat, hingga kehidupan dalam keluarga multikepercayaan. Seorang da'i kontemporer dituntut memiliki kecerdasan kontekstual agar pesan Islam tetap relevan dan dapat diterima di tengah masyarakat plural.

Kedua adalah isi materi dakwah itu sendiri. Materi dakwah kontemporer harus dikemas dengan rapi dan menyentuh langsung aspek kehidupan masyarakat modern seperti hiburan, gaya hidup, dan keyakinan. Materi yang kuat tidak hanya memberikan jawaban teologis, tetapi juga menyentuh nalar dan emosi audiens. Ini karena masyarakat hari ini lebih kritis dan menuntut penjelasan yang mendalam dan terukur.

Ketiga, media yang digunakan dalam menyampaikan dakwah. Di era digital, berbagai platform seperti YouTube, Instagram, TikTok, hingga podcast menjadi saluran utama penyampaian pesan-pesan keislaman. Dakwah tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu, melainkan bergerak lintas zona dan generasi. Oleh sebab itu, penting untuk mendorong para dai dan pegiat media untuk mengembangkan aplikasi keislaman, mengarahkan penggunaan media sosial ke arah positif, serta mempermudah akses terhadap materi dakwah yang berkualitas.

Perkembangan zaman juga membawa tren dan perubahan sosial yang signifikan. Dakwah tidak bisa dipisahkan dari realitas sosial yang terus berubah. Dengan menggunakan pendekatan komunikasi yang efektif seperti model Lasswell yang menekankan pentingnya siapa yang berkata apa, lewat media apa, kepada siapa, dan dengan efek apa dakwah menjadi sebuah proses komunikasi strategis, bukan sekadar ceramah satu arah.

Media sosial kini menjadi jembatan utama penyampaian dakwah digital. Melalui konten berbasis teks, video, maupun visual grafis, nilai-nilai Islam dapat disampaikan dengan cara yang ringan, menarik, dan mudah dicerna. Namun di sisi lain, tantangan seperti hoaks, misinformasi, dan persaingan konten populer menuntut da'i untuk lebih selektif dan kreatif dalam menyusun materi dakwah.

Perubahan sosial juga menjadi faktor yang harus diantisipasi. Masyarakat hari ini bukan hanya konsumen informasi, tetapi juga aktor yang aktif dalam menciptakan perubahan. Dalam konteks globalisasi, masyarakat dengan mudah mengakses beragam informasi dan budaya. Di sinilah peran dakwah sebagai penuntun spiritual dan moral menjadi sangat penting. Dakwah tidak hanya menyeru kepada kebaikan, tetapi juga menjaga keimanan umat agar tetap berada di jalan fitrah Islam di tengah arus deras modernitas.

Kondisi sosial hari ini juga menunjukkan ketimpangan dalam pemahaman agama dan kualitas sumber daya manusia umat Islam. Oleh sebab itu, penguatan kapasitas intelektual dan spiritual menjadi kunci utama agar umat tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga mampu berkontribusi bagi peradaban global. Peningkatan kualitas SDM muslim adalah fondasi untuk menjawab berbagai tantangan hidup modern, sekaligus menjadi jawaban terhadap kebutuhan dakwah yang berorientasi pada solusi dan pencerahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun