Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Susah Melihat Orang Senang, dan Senang Melihat Orang Susah

4 Agustus 2025   08:35 Diperbarui: 3 Agustus 2025   18:39 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susah melihat orang senang (benzoix/freepik) 

Ibn Qayyim rahimahullah pernah menulis,

"Orang yang dengki, dia menyiksa dirinya sendiri sebelum menyiksa orang lain."

Karena benar, kebahagiaan orang lain seharusnya tidak menyakitimu---kecuali kalau kamu meyakini kalau itu mengurangi jatah bahagiamu.

Tapi Allah tidak pernah membatasi kasih-Nya seperti manusia membatasi cinta. Rezeki, takdir, keberuntungan, semua tidak terbatas. Kebahagiaan orang lain tidak mengambil apapun darimu. Seperti cahaya lilin, ketika lilin lain menyala, cahayamu tidak menjadi berkurang. Justru dunia menjadi lebih terang.

Ada Cermin dalam Setiap Perasaan

Ketika hati terasa getir melihat orang lain tertawa, itu bukan pertanda kalau kamu jahat. Itu pertanda kalau ada bagian dari dirimu yang haus akan pengakuan, pemulihan, atau bahkan kasih sayang. Dan itu manusiawi. Yang tidak manusiawi adalah membiarkan perasaan itu menjadi rumah tetap.

Rasa getir adalah pesan. Ia datang untuk memberitahu kalau kamu sedang membutuhkan perhatian --- bukan dari orang lain, tapi dari dirimu sendiri. Sudah berapa lama kamu menjalani hidup dengan perasaan kalau kamu tidak cukup? Sudah berapa lama kamu mengira kalau pencapaian orang lain adalah bukti kegagalanmu?

Allah tidak menciptakan dua takdir yang saling membatalkan. Dalam surah Taha ayat 131, Allah berfirman:

"Dan janganlah engkau panjangkan pandanganmu kepada apa yang Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal."

Apa yang tampak bersinar di mata bisa jadi ujian bagi yang punyanya. Dan apa yang tampak sebagai kekurangan di hidupmu, bisa jadi adalah pelindung dari sesuatu yang tidak kamu sangka.

Dunia Ini Bukan Panggung Skor, Tapi Ladang Ujian

Masyarakat modern mengajarkan kalau hidup adalah perlombaan. Siapa lebih dulu, siapa lebih banyak, siapa lebih viral. Tapi dalam pandangan Islam, hidup adalah ladang ujian. Tidak ada yang menang lebih dulu, karena yang dinilai bukan siapa yang duluan sampai, tapi siapa yang paling bersungguh-sungguh dalam taqwa.

Seorang ulama pernah berkata,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun