Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

-

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Membiarkan Balita Bermain Sendiri di Jalan, Bentuk Ketidakpedulian Orang Tua

26 Juli 2025   09:02 Diperbarui: 26 Juli 2025   09:02 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membiarkan balita bermain di jalan sendirian membahayakan semua orang (Gemini AI-generated image) 

Ada sesuatu yang sungguh mengguncang hati ketika melihat seorang anak kecil, mungkin baru berusia tiga atau empat tahun, berjalan sendirian di jalan raya --- tanpa pengawasan, tanpa perlindungan, dan sepenuhnya rentan. Pemandangan ini tidak asing. Mungkin kamu pernah menyaksikannya sendiri. Seorang balita berdiri di tengah jalan, sementara mobil-mobil melaju dengan kencang, membunyikan klakson atau berusaha menghindar. Beberapa pengemudi memperlambat laju mobil mereka sambil mengumpat kesal, yang lain berteriak panik, dan sisanya terus melaju --- berharap ada orang lain yang memperhatikan. Si kecil itu tidak bergerak. Tidak ada rasa takut, tidak ada kesadaran. Cuma kepolosan seorang anak yang sedang bermain di tempat yang sama sekali bukan untuk bermain.

Lalu pertanyaan itu menghantam seperti beban yang tak terlihat: Di mana orang tuanya?

Tapi ini bukan cuma soal keselamatan lalu lintas. Ini tentang sesuatu yang lebih dalam --- sesuatu yang mencerminkan bagaimana manusia kini memandang tanggung jawab, betapa mudahnya kepedulian memudar, dan betapa cepat penyesalan datang ketika semuanya sudah terlambat. Ini juga tentang kamu, yang bisa menjadi orang tua, pengasuh, tetangga, atau sekadar saksi. Dan mungkin yang paling penting, ini tentang bagaimana yang paling lemah di antara kita sering kali harus menanggung akibat dari kelalaian orang dewasa.

Tapi sebelum penghakiman muncul, berhentilah sejenak. Lihatlah lebih dalam. Renungan ini bukan tudingan. Ini adalah undangan --- untuk kembali pada makna sejati dari tanggung jawab terhadap kehidupan yang dititipkan. Untuk duduk bersama kenyataan kalau ketika kamu lalai menjaga amanah, maka sesuatu yang lain --- sering kali lebih keras dan lebih kejam --- akan mengambil alih tugas itu.

Dan sering kali, guru itu adalah jalanan.

Jalan Raya Bukan Tempat Bermain

Jalan raya diciptakan untuk kecepatan, untuk mobilitas, untuk kebisingan. Ia dirancang dengan efisiensi, bukan kelembutan. Mobil-mobil yang melintas adalah mesin bertenaga, dikendalikan oleh pengemudi yang kerap kelelahan, tergesa-gesa, atau kehilangan fokus. Di tengah tempat seperti itu, dunia khayal seorang anak bukan cuma tidak cocok --- tapi sangat berbahaya.

Anak kecil tidak tahu seberapa cepat mobil melaju. Anak kecil tidak mengerti titik buta kendaraan atau jarak pengereman. Anak kecil tidak menakar risiko. Ia cuma hidup di saat ini --- mengejar bola, kupu-kupu, atau teman --- percaya, dengan kepolosan jiwa yang masih bersih, kalau semuanya baik-baik saja.

Tapi kenyataannya, tidak semuanya aman.

Jadi ketika seorang anak bermain sendirian di jalan, yang gagal bukanlah anak itu. Yang gagal adalah orang dewasa. Orang tua. Pengasuh. Atau siapa pun yang lewat dan berkata, "Itu bukan urusan saya." Ada sebuah hadits yang bergema kuat dalam situasi seperti ini:

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun