Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kumpul Keluarga Berubah Jadi Ajang Perbandingan

4 April 2025   08:00 Diperbarui: 3 April 2025   10:59 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berhentilah saling membandingkan dalam acara keluarga (pressfoto/Freepik)

Sikap saling mendukung ini bisa dimulai dengan hal-hal kecil. Menghargai perjuangan saudara yang masih mencari pekerjaan, memberikan semangat kepada mereka yang sedang merintis usaha, atau sekadar mendengarkan tanpa menghakimi bisa membuat perbedaan besar. Kadang, seseorang cuma butuh didengar tanpa harus diberi nasihat atau dibandingkan.

Rezeki Itu Luas, Setiap Orang Punya Jalannya Masing-Masing

Salah satu kunci supaya kita tidak terjebak dalam perbandingan yang menyakitkan adalah dengan memahami konsep rezeki dalam Islam. Rezeki bukan cuma uang, jabatan, atau prestasi akademik. Kesehatan, keluarga yang harmonis, teman yang baik, bahkan ketenangan hati juga termasuk rezeki. Kadang, seseorang yang terlihat sukses dalam kariernya justru merasa kosong secara batin, sementara yang lain yang hidupnya sederhana justru merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang sebagaimana ajal mencarinya." (HR. Abu Nu'aim). Artinya, apa yang menjadi bagian kita dalam hidup ini tidak akan tertukar. Tidak ada gunanya iri terhadap keberhasilan orang lain, karena setiap orang telah ditentukan rezekinya sesuai dengan kehendak Allah. Tugas kita adalah berusaha sebaik mungkin, sambil tetap bersyukur dan berserah diri.

Kesimpulan: Kembali ke Esensi Keluarga

Keluarga adalah tempat pulang. Tempat di mana kita bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi. Kalau selama ini kumpul keluarga terasa lebih seperti ajang perlombaan, mungkin sudah saatnya kita mengubahnya. Mulailah dengan diri sendiri. Berhentilah membandingkan, berhentilah bertanya hal-hal yang bisa menyakiti hati orang lain. Sebaliknya, jadilah pendengar yang baik, jadilah orang yang bisa memberikan semangat.

Hidup bukan tentang siapa yang sampai duluan, tapi tentang bagaimana kita menjalani perjalanan ini dengan hati yang bersih dan penuh syukur. Di hadapan Allah, yang terpenting bukanlah gelar atau jabatan, tapi amal dan keikhlasan kita. Semoga kita bisa menjadi keluarga yang saling mendukung, bukan saling menjatuhkan. Karena pada akhirnya, kebahagiaan sejati bukanlah ketika kita menang dalam kompetisi tak terlihat ini, tapi ketika kita bisa menjalani hidup dengan hati yang tenang dan penuh keberkahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun