Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Harapan Pendidikan Daerah 3T+1: Terdepan, Terluar, Tertinggal, dan Ter-Lockdown

13 Juli 2020   08:00 Diperbarui: 13 Juli 2020   14:08 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelaslah kini bahwa instruksi Pemerintah untuk melakukan pembelajaran daring hanya cocok untuk daerah maju dan kota besar. Sedangkan kami di sini, akan terus tertinggal karena terlockdown, tidak saja oleh Covid-19, tetapi juga oleh regulasi dan kebijakan pendidikan yang kurang pro daerah tertinggal.

Beranjak dari situ, saya mau katakan bahwa persoalan pendidikan di daerah 3T+1 (4T) sangat variatif. Karakteristik, topografi, dan budaya setiap daerah sangat berbeda, sehingga pola pendekatan, kebijakam, dan regulasi pun harus disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

Hari ini, Senin, 13 Juli 2020, Tahun Ajaran baru sudah dibuka kembali. Walau demikian, pelaksanaan Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) masih perlu disesuaikan dengan keadaan daerah setempat. Sekolah hanya bisa dibuka di daerah yang terkategori zona hijau.

Sedangkan untuk daerah yang masih zona merah atau kuning, belum boleh dibuka. Sekalipun begitu, protokol kesehatan tetap menjadi nomor satu dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya bagi Sekolah yang dibuka di daerah aman (zona hijau).

Saya percaya, bahwa niat Pemerintah (dalam hal ini Kemendikbud) sangat mulia yakni menjaga agar penyebaran Covid-19 tidak terjadi dilingkungan sekolah.

Harapan kita semua adalah tidak terjadi klaster baru di Sekolah. Akan tetapi, hemat saya, sekalipun daerah kami terkategori zona hijau, dan Sekolah dibuka kembali, akan tetapi, sarana prasarana sangat tidak memadai.

Kalau begitu, apa bisa Sekolah kami menjalankan kegiatan KBM dengan protokol kesehatan, sedangkan kami masih 'terlockdown'? Apa mungkin kami melakukan pembelajaran online sementara listrik saja belum ada? Perlukah kami membuat jarak tempat duduk di dalam kelas, sementara jumlah siswa yang ada saja sangat terbatas karena minat yang rendah?

Mudah-mudahan, suara dari kami para siswa di daerah 3T+1 ini bisa didengarkan oleh pemangku kebijakan.

Besar harapan di Tahun Ajaran yang baru ini, kiranya Mas Mentri P&K bisa turun langsung ke daerah kami, sehingga kebijakan dan regulasi yang dibuat bisa merata.

Itulah bukti nyata implementasi dari keadilan sosial dalam bidang pendidikan yang sangat penting bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sampai kapan kami akan selalu disebut daerah 3T? Semoga Tahun Ajaran baru ini bisa menjadi kunci yang sanggup membuka pendidikan yang sudah sangat lama 'terlockdown' oleh ketidak-tepatsasaran regulasi dan kebijakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun