Mohon tunggu...
Dias Ashari
Dias Ashari Mohon Tunggu... Penulis - Wanita yang bermimpi GILA, itu akuuu..

Mantan Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku, Hijab dan Pencarian Jati Diri

15 April 2024   15:50 Diperbarui: 15 April 2024   15:51 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Pantai di Yogjakarta

Aku, Hijab dan Pencarian Jati Diri

Aku si anak SD kelas 5 yang saat itu masih senang menggunakan rok diatas lutut, bermain bola dan juga berkelahi dengan anak laki-laki. Aku seorang anak yang biasa , tidak pintar, tidak begitu cantik hanya saja memiliki sikap penurut, terlebih kepada sosok seperti guru. Saat itu pada tahun 2000- an seperti anak lainnya yang pasti memiliki kegiatan mengaji sepulang sekolah atau ketika magrib datang.

Hari itu guruku menyampaikan suatu kalimat yang Masya Allah menjadi cikal bakal aku menggunakan kerudung hingga hari ini. Beliau berkata "Ada baiknya kalau kita sebagai anak perempuan dapat menutup aurat dengan sempurna. Jadi coba biasakan menggunakan kerudung diluar jam pengajian misalnya sekolah atau hanya sekedar ke warung saja".

Seperti yang aku ungkapkan diawal bahwa aku merupakan anak yang cukup penurut kepada seorang guru. Apapun yang keluar dari lisan beliau secepatnya aku kerjakan. Kondisi yang saat itu kurang mendukung karena kerudung seringkali identik digunakan oleh orang yang sudah sepuh. Jadi wajar ketika aku menggunakan baju panjang dan kerudung menjadi bahan perhatian. Termasuk beberapa keluargaku yang menentang aku menggunakan kerudung dan baju panjang karena terlihat seperti anak-anak yang bukan pada masanya.

Namun aku yang sedikit keras kepala tidak menghiraukan hal tersebut. Sehari-hari aku tetap menggunakan rok hitam dan juga jaket untuk menutupi bagian tubuhku. Meski demikian masih ada yang mengganjal ketika aku hanya bisa menggunakan pakaian yang menutup aurat itu di madrasah dan lingkungan rumah semata.

Permintaanku kepada ibu untuk dibelikan seragam sekolah yang panjang tidak terlalu dihiraukan. Alasannya karena saat itu aku yang akan menginjak kelas 6 dan akan secepatnya lulus maka sangat sayang jika seragam yang digunakan hanya dipakai selama satu tahun penuh.

Ada satu momen keajaiban terjadi dalam hidupku. Aku yang terkenal anak biasa saja mendapat panggilan mc untuk naik ke panggung saat acara kelulusan tiba. Aku si anak biasa ini mendapatkan predikat juara 3 di kelas dan menyalip beberapa temanku yang biasa bertenggeng di jajaran 5 besar. Kejutan lainnya kelima siswa tersebut mendapat beasiswa untuk masuk ke SMP Negeri di Bandung.

Namun aku yang saat itu berpikiran bahwa SMP Negeri itu mayoritas tidak menggunakan kerudung. Sehingga hari itu aku memutuskan tidak mengambil beasiswa itu karena mau masuk ke sekolah MTs yang tentu seragamnya full menggunakan kerudung.

Aku sangat kegirangan saat itu bisa menggunakan kerudung di sekolah, dirumah , di madrasah dan diluar rumah. Namun benar adanya yang terdapat dalam Qs. Al Ankabut ayat 2 bahwasannya, "Apakah mereka akan dibiarkan begitu saja mengakui keimanan tanpa diuji terlebih dahulu ?".

Niat yang bulat untuk menggunakan kerudung disekolah ternyata tidak semudah yang dipikirkan. Bahan kerudung yang cukup tebal juga aktivitas yang begitu padat membuat kepala terasa panas. Belum lagi tak lama setelah konsisten menggunakan kerudung di segala situasi munculah kutu kepala yang tentu membuat kepala gatal dibuatnya.

Meski demikian aku yang sempat mengeluh itu masih tetap bersikukuh untuk mempertahankan kerudung itu untuk tidak lepas dari bagian kepalaku. Namun layaknya keimanan yang naik turun begitu juga dengan style kerudung yang aku gunakan. Menjelang SMK aku sudah tidak lagi berada dilingkungan muslimah tentu mendapat berbagai macam godaan untuk terlihat modis di hadapan kawan-kawan.

Jika sebelumnya aku sering menggunakan rok dan kerudung yang menutupi dada. Kini mulai menggunakan celana berbahan jeans dan kerudung yang panjangnya hanya sebatas leher. Ada momen aku bangga bisa menggunakan style tersebut karena badan jadi terlihat lebih ramping. Namun ada satu momen yang membuat aku tersadar kala itu. Dimana ketika aku masih SMK dan bermain diluar rumah dengan style tersebut justru mengundang mata laki-laki jahil untuk memandang kita dan juga melakukan cat call.

Disanalah aku kembali tersadar untuk menggunakan pakaian sesuai kebiasaan sebelumnya. Menginjak dunia kerja aku masih menggunakan pakaian muslimah seperti biasanya. Namun sebagai seorang remaja tentu aku juga memiliki keinginan untuk disukai oleh lawan jenis. Saat itu terlihat jelas aku yang lusuh dan dekil ini juga menggunakan pakaian yang panjang tidak dilirik satupun oleh laki-laki sebayaku.

Seperti pada umumnya remaja yang ingin tampil cantik , aku juga mencoba banyak hal mulai dari menggunakan pil pelangsing, pil pemutih badan, kosmetik dan juga suntik vitamin C. hal ini memang terbukti bisa menarik perhatian laki-laki. Namun keputusan itu justru membuat aku menyesal hari ini karena sudah membuang waktu untuk sekedar menangisi sebuah perasaan.

Kemudian suatu hari aku mendapat  ujian yang kurasa itu paling besar sepanjang aku berusaha konsisten menggunakan kerudung. Aku mendapat tawaran pekerjaan yang cukup menjanjikan untuk lulusan SMK saat itu. Terlebih bonus dan tawaran yang dijanjikan perusahaan sangat menggiurkan. Namun ada satu syarat yang hampir saja menggoyahkan keyakinanku yaitu untuk melepas kerudung saat bekerja. Disisi lain aku juga mengharapkan berkarir di perusahaan yang dapat menjamin kesejahteraanku. Namun disisi lain juga aku harus berani menggadaikan keimananku untuk mendapatkan previlage itu. Aku berpikir cukup lama sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan itu. Secara manusia tentu berat namun akhirnya allah gantikan dengan segala hal dan kesempatan yang jauh lebih baik.

Setelah kejadian itu aku bertekad masuk kuliah yang memiliki lingkungan islami. Karena memang lingkungan itu sangat berpengaruh untuk remaja sepertiku. Meski ketika masuk kuliah belum menggunakan pakaian yang syar'I seperti mahasiswa lainnya tapi setidaknya aku sudah tidak menggunakan lagi celana jeans.

Pencarianku tentang makna dan identitas diri kembali dimulai. Suatu hari ini melihat ada kaka tingkat yang membuat mata terpesona akan keanggunannya, membuat hati sejuk akan pakaian dan kerudung yang dikenakannya, terasa sangat nyaman sekali ketika memandangnya. Ada aura magis yang tidak dapat dijelaskan keberadaannya. Namun sangat damai sekali terasanya.

Dengan niat yang mantap juga dukungan dari lingkungan diklat yang sedang kujalani. Bismillah aku meniatkan diri untuk memulai sesuatu yang membuat hari dan hatiku bahagia yaitu menggunakan pakaian dan kerudung yang syar'i. Awalnya tentu merasa sedikit kerepotan namun kian hari mulai terbiasa. Hingga ketika sedikit tergiur akan style fashion hari ini entah kenapa merasa kurang percaya diri jika mengenakannya.

Hari ini aku  tidak merasa lebih baik dari perempuan yang menggunakan style kerudungnya sesuai keinginan trend. Aku juga tidak memaksakan semua perempuan harus menggunakan style yang sama dengan yang aku kenakan. Adapun hadirnya mereka mengingatkan aku untuk selalu berbenah diri dan jangan fokus terus melihat orang lain. Juga untuk perempuan berpenampilan syar;I yang aku ketemui selalu memacuku untuk tetap istiqomah dan berdoa dalam hati semoga apa yang mereka kenakan bisa mengupayakan diri untuk berbenah akhlak yang lebih baik lagi.

Kerudung dan pakaian syar'I awalnya kewajiban bagiku. Namun seiring berjalannya waktu bagiku pakaian syar'I sudah menjadi kebutuhanku, karena ketika tidak menggunakannya ada rasa malu dalam diri yang tidak bisa dijelaskan. Juga pakaian itulah yang membuat aku merasa nyaman dalam beraktivitas sehari-hari. Setiap dari kita pasti akan melewati prosesnya masing-masing. Semangat untuk seluruh perempuan muslimah dimanapun berada. Semoga kita semua senantiasa diberikan keistiqamahan oleh Allah SWT. Aamiin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun