"Kapan kamu kehilangan aku," tanyamu kepadaku
Setelah tahun-tahun yang melayang pergi
Sepotong waktu hinggap begitu saja
Merupa kepak sayap yang menemukan ranting di atas telaga
Lalu berdiam menunggu angin selatan datang membelai
Angin selatan yang membuatnya jatuh hati pada awan, ombak, lereng dan gunung-gunung yang memanjang-meninggi
Kamu memang tidak pernah pergi, ternyata
Dan kehilangan itu tidak pernah ada dan terjadi
Waktu hanya menyembunyikanmu dari pagi dan siang, malam dan sore
Lalu dini hari membawamu kembali
Ketika bulan pelahan mengingsut ke barat dan burung-burung kecil mencicit menahan dingin
Membawa kembali cerita tentang kebersamaan yang tidak terjadi dan perpisahan yang hanya cerita di antara sisa kopi yang bertambah dingin
Tidak ada yang berubah pada pagi pun malam, siang pun sore
Seperti aliran yang tidak permah mengering pada sungai kecil yang dilintasi jembatan
Bukankah pada lintasan setapak berpengeras paving block sesekali kaki kita bersama pelahan mengayun?
Lalu berpisah sebelum pintu-pintu besi yang berbeda sisi
Dan, sekarang, waktu tidak menafikan perannya untuk menceritakan yang sesungguhnya terjadi
Bahwa tahun-tahun yang berlalu hanya hitungan angka-angka
Angin tetap berhembus meriakkan permukaan telaga dan menggoyangkan ranting-ranting
Kepergian tidak terjadi, kehilangan tidak pernah ada
"Kamu tidak perlu mencariku," katamu ketika pesawat melayang di atas awan cumulus nimbus
| Halim | 9 Juli 2019 | 16.30 |