Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Tentang Kehilangan

9 Juli 2019   18:36 Diperbarui: 10 Juli 2019   20:45 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
spot riyadi. dokpri.

"Kapan kamu kehilangan aku," tanyamu kepadaku

Setelah tahun-tahun yang melayang pergi
Sepotong waktu hinggap begitu saja
Merupa kepak sayap yang menemukan ranting di atas telaga

Lalu berdiam menunggu angin selatan datang membelai
Angin selatan yang membuatnya jatuh hati pada awan, ombak, lereng dan gunung-gunung yang memanjang-meninggi

Kamu memang tidak pernah pergi, ternyata
Dan kehilangan itu tidak pernah ada dan terjadi

Waktu hanya menyembunyikanmu dari pagi dan siang, malam dan sore
Lalu dini hari membawamu kembali

Ketika bulan pelahan mengingsut ke barat dan burung-burung kecil mencicit menahan dingin

Membawa kembali cerita tentang kebersamaan yang tidak terjadi dan perpisahan yang hanya cerita di antara sisa kopi yang bertambah dingin

Tidak ada yang berubah pada pagi pun malam, siang pun sore
Seperti aliran yang tidak permah mengering pada sungai kecil yang dilintasi jembatan

Bukankah pada lintasan setapak berpengeras paving block sesekali kaki kita bersama pelahan mengayun?
Lalu berpisah sebelum pintu-pintu besi yang berbeda sisi

Dan, sekarang, waktu tidak menafikan perannya untuk menceritakan yang sesungguhnya terjadi

Bahwa tahun-tahun yang berlalu hanya hitungan angka-angka

Angin tetap berhembus meriakkan permukaan telaga dan menggoyangkan ranting-ranting
Kepergian tidak terjadi, kehilangan tidak pernah ada

"Kamu tidak perlu mencariku," katamu ketika pesawat melayang di atas awan cumulus nimbus


| Halim | 9 Juli 2019 | 16.30 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun