"Mencintai hewan peliharaan adalah bentuk kasih. Menjaga ketenangan tetangga adalah bentuk adab. Dan menggabungkan keduanya adalah tanda iman."
Bagi sebagian orang, memiliki hewan peliharaan memang menyenangkan. Suami saya sendiri yang merupakan pecinta kucing mengatakan, "ada kehangatan ketika kucing mendengkur di pangkuan, atau ketika ia menyambut dengan ekor bergoyang saat pulang kerja."
Menurut pengakuannya, sejak kecil ia sudah sangat terbiasa hidup berdampingan dengan kucing, seolah merasa memiliki "teman kecil" yang selalu setia tanpa syarat. Bermain, bercengkrama, bahkan sampai tidur bersama.
Namun Setelah menikah dengan saya yang notabene bukan pecinta hewan peliharaan, sikap suami berubah. Meskipun tetap menyukai kucing, kini tidak lagi berani memelihara kucing di rumah.
Suami sepakat bahwa di balik rasa sayang pada hewan peliharaan harus ada tanggung jawab besar pada lingkungan terutama pada orang-orang terdekat yang mungkin tidak menyukainya. Pecinta hewan peliharaan, wajib menjaga agar keberadaan hewan peliharaannya tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain.
Ketika Kasih Sayang Tidak Dibarengi Kesadaran
Bersyukur, suami siap berpisah dengan para kucing kesayangannya demi kenyamanan saya. Namun ternyata hidup tidak selalu mudah. Saya yang memiliki trauma dan takut dengan kucing malah tinggal di pemukiman yang beberapa tetangganya memelihara kucing.
Jujur, hal itu membuat saya betah di rumah, jarang sekali keluar kalau bukan ada keperluan yang mendesak. Sampai untuk menyiram tanaman pun harus ditemani suami sebelum berangkat kerja atau malam hari ketika ia sudah di rumah.
Kucing yang berjemur bersama anak-anaknya di teras rumah, serta bau kotoran dari rumput di taman yang tercium sangat mengganggu. Saya pun mengeluh berkali-kali, "kita gak pelihara tapi kenapa kita harus merasakan ketidaknyamanan ini? Mengapa mereka betah main di sini?"
Posisi serba salah sering timbul. Antara kesal dan canggung memberitahukan kepada tetangga pemilik kucing. Saya tidak menyalahkan tetangga yang mencintai kucing, tetapi tidak bisa dipungkiri rasa tidak nyaman dan dongkol itu tetap saja ada. Berbekal pengalaman itu, saya merasa harus membagi tulisan ini untuk bahan renungan para pecinta hewan peliharaan agar tidak lupa untuk tetap saling menjaga kenyaman dengan tetangga.
"Kucing itu akan terus datang dan mendekat pada orang yang tidak menyukainya." Suami mencoba menyadarkan saya dengan hasil penelitian para ahli soal kucing. Namun saya tetap tidak bisa menyukainya, rasa takut dan trauma itu masih ada.