Merasa pekerjaan semakin sulit dan melelahkan, sedangkan Anda memiliki istri berpendidikan tinggi dengan segudang talenta lalu berpikir untuk bertukar peran? Sebaiknya jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk memilih menjadi bapak rumah tangga, jika Anda tidak ingin kehilangan "mahkota" sebagai seorang raja.
Sebelum memutuskan untuk menjadi bapak rumah tangga, cobalah sempatkan untuk membayangkan, ---Anda dikunjungi oleh teman yang datang tiba-tiba ke rumah sedangkan Anda dalam keadaan kepayahan. Memegang sapu dan kain lap karena baru saja membersihkan lantai, belum sempat mandi karena sibuk sejak pagi.
Dari arah dalam, terdengar suara tangisan anak kecil yang baru saja menumpahkan piring makannya di lantai meminta untuk dibersihkan, sayur dan nasi berserakan di lantai. Lalu anak yang masih bayi ikut menangis terbangun dari tidurnya. Mau tidak mau, Anda harus menggendong dan membuatkannya susu hangat karena tidak bisa menyusu pada ibunya---sedang pergi kerja.
Teman Anda harus dipersilakan masuk, duduk di kursi yang tentu saja ruangannya harus nyaman, tidak ada mainan yang berantakan. Sebagai tuan rumah Anda harus memberikan suguhan air dan sedikit cemilan. Anda harus melakukannya dengan segera secepat mungkin, tanpa emosi, tanpa keluhan.
Apakah benar-benar bisa melakukannya? Percayalah, memanage pekerjaan rumah dan menenangkan anak hanya istri Anda yang bisa.
Lalu bayangkan tatapan tamu Anda saat itu? Kira-kira apa yang ada di kepalanya? Mungkin jika itu dilakukan oleh istri Anda, akan sangat menjadi biasa. Namun menjadi lain lagi ketika Anda sibuk di rumah sementara istri pergi bekerja.
Di sini saya tidak sedang membuat kesan buruk suami yang mengerjakan pekerjaan rumah. Â Tidak pula merendahkan istri sebagai pengelola rumah tangga karena saya juga seorang perempuan. Akan tetapi, Anda para suami adalah seorang pemimpin. Harga diri raja tidak boleh jatuh karena ia telah kehilangan kekuatan dan wibawanya.
Akan sangat lain jika kerepotan Anda tersebut terjadi karena Anda membantu istri yang sedang kerepotan dengan anak bayi. Berbagi pekerjaan rumah dan sepakat kalau pekerjaan mengurus rumah adalah tugas bersama meskipun Anda sebagai suami lelah bekerja.
Laki-laki sejati tidak akan pernah menyerahkan tugas yang menjadi tanggung jawabnya kepada perempuan.
Harga Diri Seorang Suami adalah Bekerja dan Menafkahi
Dalam agama dan norma (baik itu norma sosial dan norma masyarakat) suami adalah pemegang kewajiban untuk mencari nafkah. Suami bertanggung jawab untuk memastikan keluarganya ada dalam keadaan aman. Ia harus memastikan perut anak dan istrinya aman dari rasa lapar. Memastikan anak dan istrinya aman dari panas dan hujan hingga memberikan tempat tinggal. Aman dari kerasnya dunia, karena itu suami sebagai kepala rumah tangga berkewajiban memantaskan keluarganya agar tidak menjadi bahan cibiran orang lain.