Belakangan, beberapa kasus tragis menimpa perempuan akibat ulah pasangannya. Ini membuktikan bahwa hidup bersama tidak cukup dengan cinta, tetapi perlu adanya tanggung jawab yang serius.
Ada yang nekat gantung diri dan mengakhiri hidup dua anaknya karena frustasi hidup susah, terlilit utang, dan tidak sanggup menanggung beban. Ada pula yang dihabisi nyawanya hanya karena menuntut untuk "dihidupi" setelah lama tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan. Dan masih banyak kisah lain yang berakhir memilukan---perempuan menjadi korban karena cinta, hubungan asmara, dan pernikahan yang salah arah.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?
Saya tidak sedang menggeneralisasi atau mengatakan semua lelaki sama saja. Tidak semua lelaki pengecut, tidak semua lelaki lari dari tanggung jawab. Saya sendiri dibesarkan oleh ayah yang penuh tanggung jawab terhadap keluarga.
Namun, faktanya, memang ada lelaki yang hanya mau enaknya saja. Misal, menghamili tanpa menikahi, menikah siri dengan dalih menghindari zina tapi melupakan kewajiban nafkah dan perlindungan. Padahal, baik nikah siri maupun nikah resmi, hak dan kewajiban tetap sama---seorang suami wajib menafkahi dan menjaga istrinya.
Laki-laki, Jangan Lari dari Tanggung Jawab
Banyak sekali perempuan yang dirugikan karena kelalaian lelaki. Jangan sampai kasus-kasus tragis ini semakin marak terjadi. Karena itu, ada beberapa hal yang harus disadari para lelaki:
Jangan menikah kalau tidak siap menafkahi
Menikah bukan hanya soal cinta, tapi juga soal kesiapan bekerja keras untuk keluarga. Jika tidak mau berusaha, anak dan istri yang akan menanggung depresi akibat kemalasanmu.
Jangan bersembunyi di balik dalih "saling sayang" lalu kumpul kebo
Hidup bersama tanpa ikatan pernikahan hanya menjerumuskan. Giliran perempuan meminta hak setelah berkorban, malah berakhir dengan kekerasan.
Jangan bermimpi poligami kalau satu keluarga saja tidak sanggup kau jaga
Satu rumah tangga sudah berat tanggung jawabnya di dunia dan di akhirat, apalagi lebih dari satu.
Ingat, lelaki adalah tulang punggung keluarga
Meski perempuanmu bekerja, nafkah tetap tanggung jawabmu.
Meski istrimu sederhana dan tak banyak menuntut, kau tetap berkewajiban membuat hidupnya lebih baik, bukan lebih berantakan. Jangan sampai sebelum menikah hidupnya baik-baik saja, tapi setelah bersama denganmu justru penuh luka dan kesusahan.