Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lebaran yang Tidak Diinginkan

18 Mei 2021   10:49 Diperbarui: 18 Mei 2021   12:01 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unsplash/Mufid Majnun

Munah, perempuan berbadan ringkih itu berjalan perlahan mendekati jendela. Dibukanya tirai dengan tangan lemasnya. Kulitnya tampak pucat. Entah karena terlalu lama berdiam di ruangan gelap tidak terkena matahari, atau karena darah yang ada di tubuhnya sudah enggan mengalir ke pembuluh nadi mewarnai dan memberikan kesan rona merah pada kulitnya. Ia terhenti seperti terhentinya harapan yang ada dalam hidup Munah.

Munah sudah lama hidup sendiri. Lelaki yang pernah dia panggil suami, pergi entah sudah berapa puluh purnama tidak menemuinya. Anaknya sudah lama menghilang, entah masih hidup atau mati, Munah sendiri tidak pernah tahu. Anak perempuan satu-satunya itu pergi bersama seorang lelaki yang dianggap bisa menyelamatkan dari kerasnya caci maki seorang ibu kandung. Ya, Munah telah berubah menjadi perempuan berlidah bara.

Ya, dulu Munah memang seperti orang gila. Mulutnya tidak berhenti memaki dan mencari kesalahan orang lain. Semenjak sang suami pergi bersama wanita lain, Munah menjadi lebih sensitif. Mudah tersinggung. Semua yang dilakukan orang lain selalu salah di matanya. Tidak ada yang mau tinggal bersamanya. Hal itu pula yang membuat Aster memilih pergi dengan kekasih hatinya, meminta segera dinikahi demi untuk menghindari mulut keji Munah.

Hanya Suminem yang selama ini masih bisa sabar dengan Munah. Itu pun karena Munah sudah lama diam. Mulutnya lebih sering bungkam. Dia hanya melamun, menunjuk, mengangguk. Makan dengan enggan, dan berjalan hanya jika ia menginginkannya. Selebihnya Munah hanya duduk di kursi atau berbaring di atas ranjangnya.

Itu, adalah kali pertama setelah sekian pekan Munah begitu susah makan. Piring-piring makan yang diantar Suminem ke kamar diabaikannya. Munah sudah kurus kering. Tubuh tidak berdaging, kurus tidak terurus.

Suminem adalah asisten rumah tangga yang ikut tinggal dan makan di sana. Tidak ada pilihan lain selain mengurusi majikannya yang setengah gila. Karena Suminem sebatang kara, tidak memiliki siapa-siapa.

Lebaran ini, Suminem mencoba memasak ketupat lengkap dengan opornya. Barulah Munah bisa makan lima suapan. Jumlah terbanyak selama tahun terakhir. Munah pun mulai mau duduk di sisi jendela. Suminem menghela napas sedikit lega. Setidaknya Munah akan bisa hidup lebih lama jika mau makan masakannya.

Lima tahun lalu, Munah adalah wanita karir yang sukses. Punya jabatan tinggi di sebuah perusahaan. Sementara Giyo suaminya merupakan karyawan di perusahaan tempat Munah bekerja.

Semangat memerintah dan memberi instruksi di kantor, terbawa ke rumah. Munah memiliki mental bos dan Giyo tidak bisa terima perlakuan istrinya. Giyo memilih menikahi teman kerjanya dan pergi mengontrak rumah, meninggalkan kenangan dan anak perempuan yang memilih untuk tidak mengikuti siapapun. Anak perempuan yang sudah mulai dewasa itu memilki pilihan sendiri yaitu, tidak memilih.

Munah terlalu ambisius, sehingga sikapnya mencelakakan dirinya sendiri. Ia dipecat dari kantornya, setelah kehilangan suami dan anak sematawayangnya. Setiap hari sepanjang tahun, dihabiskan Munah untuk meratapi penyesalan. Bahkan tiga tahun terkahir tubuhnya mulai kehilangan daya tahan tubuhnya, sering sakit dan hanya terbaring di kamarnya.

Setiap hari sepi, Munah melewatinya hanya sendiri. Setiap lebaran, ketika yang lain ramai bersilaturahmi, Munah tetap sendiri. Tidak ada yang berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun