Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Om Sayang Kamu, Almira

20 Oktober 2018   20:50 Diperbarui: 20 Oktober 2018   21:54 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber poto : habibarham.blogspot.com

Almira beberapa kali senpat menceritaan bahwa sang paman sering marah-marah. Walaupun Dina tidak sepenuhnya percaya akan cerita itu, tapi ia tetap berusaha memahami. Almira berada pada posisi sulit, hidup menumpang selama bertahun-tahun di rumah kakak almarhumah ibunya yang juga punya dua anak. Pamannya itu harus bekerja keras untuk membiayai semua kebutuhan anak-anaknya yang kini menjadi berjumlah lima orang. 

Sangat sulit memang. Apapalagi pak Wira bukanlah seseorang yang berpangkat dan berpenghasilan tinggi setiap bulannya. Harus dimaklumi jika tugas mulia menjaga anak-anak yatim itu menjadi sebuah tanggung jawab yang begitu besar bagi pak Wira. 

"Ok, saya carikan info ya Pak. Kita berdoa semoga Almira ada di tempat yang aman." Balas Dina pada pesan wa itu.

Selang dua jam, pak Wira kembali mengirim pesan.

"Bagaimana Bu, sudah ada kabar dari Almira? Tolong ya Bu, selama ini Almira hanya mau menuruti kata-kata Ibu. Sama saya ditelepon sampai diblokir. Kami sudah hilang kontak sejak seminggu yang lalu."

Aduh Almira, di mana kamu ini? Gak baik anak gadis kabur-kaburan kayak begitu. Usiamu masih sangat belia, bagaimana jika kamu diketemukan dengan orang jahat? Batin Dina.

Sedikit banyak ia turut memikirkan nasib anak itu. Di SMP ia adalah anak yang baik. Polos, dan penurut. Betapa mengerikannya jika ia diculik seseorang, dan... ah, tidak bisa dibayangkan apa akibatnya.

Jari Dina terus menari di atas keyboard ponselnya. Mencari jejak Almira. Mengirim puluhan pesan  kepada orang-orang yang mungkin bisa mendapatkan kabar atau menemukannya.

Satu dua hari hasilnya nihil. Lagi-lagi ia harus meminta maaf kepada pak Wira bahwa sampai saat ini ia belum mendapatkan kaba dari Almira.

**

Malam hari, ketika semua orang telah terlelap tidur, seperti biasa Dina belum bisa memejamkan matanya. Anak dan suaminya telah tertidur pulas. Kepalanya masih dipenuhi pertanyaan tentang Almira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun