Jika dipikir-pikir, banyak hal dalam hidup kita terbentuk dari kebiasaan kecil. Anak yang dulu selalu diingatkan menggosok gigi, lama-lama akan melakukannya tanpa disuruh. Sama juga dengan belajar. Awalnya mungkin terasa berat, malas, bahkan penuh alasan untuk menunda. Tetapi ketika dibiasakan, pada akhirnya belajar akan menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari.
Menariknya, kebiasaan itu sering kali terbentuk karena ada dorongan dari luar. Seorang anak bisa semangat belajar hanya karena setiap kali selesai mengerjakan PR, ibunya berkata, "Wah, pintar sekali". Â Pujian sederhana itu bisa jadi bahan bakar untuk mengulang perilaku yang sama. Begitu juga sebaliknya, saat sebuah kesalahan ditanggapi dengan teguran, ada sinyal untuk tidak mengulanginya lagi.
Begitulah cara perilaku terbentuk: ada stimulus, ada respons, lalu ada penguatan. Jika responsnya menyenangkan, perilaku itu akan muncul kembali. Jika tidak, biasanya akan hilang pelan-pelan. Di sekolah, hal-hal sederhana seperti memberikan apresiasi pada usaha yang sudah dilakukan, bukan hanya pada hasil, hal tersebut dapat memengaruhi semangat belajar siswa.
Sayangnya, terkadang kita kadang lupa dengan hal-hal kecil itu. Kita terlalu sibuk mengejar nilai akhir yang sempurna, hingga lupa menghargai kebiasaan kecil yang sebenarnya adalah pondasi. Karena sejatinya belajar  bukan tentang cepat menguasai, tetapi tentang kesabaran dalam mengulang hingga menjadi kebiasaan.Â
Jika ruang belajar mampu menjadi tempat yang menghargai usaha, memberi dorongan positif, dan membiasakan konsistensi, mungkin belajar tidak lagi terasa sebagai beban. Belajar akan berubah menjadi bagian dari hidup dan terasa ringan, karena sudah terbiasaÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI