Mohon tunggu...
Dianna FitriaNovita
Dianna FitriaNovita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mendengarkan musik, menonton film, menulis, bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Cinta Segitiga Sama Sisi

1 Mei 2024   23:00 Diperbarui: 1 Mei 2024   23:03 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semua berawal dari kisah cinta SMP-ku. Memang aku sudah lulus SMP, tapi nyatanya aku belum bisa beralih hati hingga masa SMA-ku dimulai. Aku bertemu teman baru di sekolah baru. Ternyata, rekan sebangku pertamaku saat menjadi siswa SMA adalah salah satu teman SMP-ku yang beda kelas.

Awalnya, kami tidak begitu saling mengenal satu sama lain. Lambat laun, kami mulai menjalin komunikasi yang lebih intens dan mau lebih terbuka untuk saling mengenal satu sama lain.  Kami mulai mencari berbagai topik perbincangan dan mencoba menemukan apa saja persamaan yang kita miliki.

Hingga tiba saatnya aku bertanya kepada dia apakah dia mengenal cinta SMP-ku atau tidak. Katanya dia kenal dan tahu tentangnya. Lalu, aku mengatakan kepadanya bahwa hingga saat ini aku masih belum bisa melupakannya. Entah mengapa aku masih menyukai dan mengaguminya. Dengan polosnya aku berkata demikian kepadanya. Dia tidak menjawab panjang kali lebar. Dia hanya berkata, "Udah mending belajar lupain dia aja, Din."

Aku tidak tahu dibalik alasan dia memintaku melakukan hal itu. Namun, sejauh aku mengenalnya, dia memang jauh lebih dewasa pemikirannya dibandingkan aku. Aku kira, mungkin itu jawaban yang rasional darinya agar aku bisa lebih fokus menatap masa depan.

Tanpa disadari kami menjadi semakin dekat bahkan setelah tidak menjadi rekan satu bangku lagi. Dia duduk di belakangku. Kami sering bertukar pesan via WhatsApp membahas berbagai hal. Termasuk pengalaman aneh dan lucu yang pernah dialami masing-masing.

Kami juga saling membicarakan impian, harapan, cita-cita, dan tujuan hidup masing-masing. Dia adalah seseorang yang berani mengutarakan pendapatnya sekalipun itu kontras dengan orang lain. Dia tidak segan mengkritik sambil mengingatkanku apabila merasa aku berada di jalur yang kurang tepat.

Di sisi lain, ada sahabatku yang lain. Dia selalu ada untukku sejak kita pertama kali bertemu. Dia selalu menawarkan bantuan dalam berbagai hal. Dia selalu mengajukan diri untuk menemaniku agar aku tidak sendiri. Namun, aku sering menolak tawarannya.

Padahal dia selalu baik denganku selama ini. Saat aku berbincang dengan beberapa teman perempuanku dia juga sering bergabung dalam perbincangan kami. Aku pernah menawarkan teman perempuanku untuk mampir ke rumahku. Namun, yang sangat bersemangat ingin mampir di rumahku malah dia. Aku pun agak kaget dengan reaksinya.

Sering kali di berbagai kesempatan dia menawarkan mengantarkan aku pulang. Atau saat ada sesuatu hal dia berusaha menawarkan diri untuk datang ke rumahku. Aku selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Aku tidak tahu kenapa bersikap begitu kepada orang yang selalu baik denganku.

Seiring dengan berjalannya waktu hubunganku dengan rekan sebangku pertamaku mulai merenggang hingga sudah tidak berkomunikasi lagi seperti dulu. Namun, siapa sangka aku masih berkomunikasi dengan sahabatku yang selalu ada untukku. Aku tidak mengira setelah lulus SMA bertahun-tahun bisa menjalin komunikasi dengan dia. Aku bisa bercerita apapun dengannya.

Dia seperti rumah untukku pulang dan berkeluh kesah. Dia juga membantuku mengarahkan ku saat aku tidak tahu harus melakukan apa. Dia masih orang yang sama. Seseorang yang selalu mendukungku selama apa yang menjadi pilihanku memang baik untukku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun