Mohon tunggu...
Dian Muliana
Dian Muliana Mohon Tunggu...

Bapak 3 orang anak yang hobby photography dan menulis. alamat web : http://www.dianmuliana.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tembus 2 Perguruan Tinggi Negeri

25 Oktober 2016   22:57 Diperbarui: 26 Oktober 2016   00:31 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini pernah menjadi juara bersama  pada Lomba menulis di harian Jawa Pos. 

Semoga masih dapat memberi manfaat 

================================================ 

Kejadian ini terjadi pada anak sulung saya, anak laki laki satu satunya dalam keluarga saya. Tulisan Mas Azrul mengingatkan saya akan kejadian yang sangat berkesan tersebut, saya tidak tahu apakah ini termasuk WU WEI atau tidak.... tapi yg pasti semua ini adalah karunia Tuhan, yang di dapat setelah menempuh perjuangan yang luar biasa gigih dari si anak serta di iringi doa dari ayah dan ibunya.

Tahun 2013, ketika itu anak sulung saya masih kelas 3 SMA, bercita cita untuk masuk perguruan tinggi ternama. UI, ITB, ITS, Gajah Mada, Brawijaya dan UNDIP, adalah perguruan tinggi yang di tuju,  perguruan tinggi paling pavorit di Indonesia.

Sejak kelas 2 SMA, anak saya sudah mulai mengikuti BIMBEL, waktu belajarnyapun tidak tanggung tanggung, menyadari bahwa dia tidak pintar, dan berasal dari SMA tidak ternama, di daerah terpencil pula (lombok barat) maka dia menggenjot jam belajarnya, hampir setiap hari dia belajar dari jam 20.00 selepas shalat isya, sampai jam 3.00 dini hari . hal itu dilakukan selama bertahun tahun.

Setelah lulus SMA, SNMPTN (seleksi nasional masuk perguruan tingging negeri) pun di ikuti, 3 PTN  telah di pilih, saat hari pengumuman, pagi sekali anak saya sudah membeli koran, kami meneliti dengan cermat, dan berharap  di terima di PTN yang di tuju. Sampai nomor dan nama terakhir, nama anak saya tidak terdata. Tidak Lulus.... GAGAL masuk SNMPTN.

Saya lihat kekecewaan yang sangat besar pada anak saya, sinar matanya menerawang, tanpa banyak cakap diapun masuk kamar dan mengunci pintu.

Jam 21.00 saya ketuk pintu kamarnya,  mengajak makan malam dengan menu pavoritnya, sate ayam Madura, saya tawarkan padanya untuk ikut BIMBEL  yang ada di jakarta, BIMBEL ini saya ketahui dari internet, menurut keterangan BIMBEL ini cukup bagus dan biaya untuk ikut BIMBEL ini juga lumayan mahal. lokasinya didekat Kampus UI

Tawaran saya langsung di terima tanpa pikir panjang lagi. Keinginannya untuk bisa masuk PTN  sangat kuat memotivasi dirinya. Malam itu juga dia berkemas... malam itu juga pesan tiket. Besok pagi  berangkat kejakarta – sendiri.

Pagi pukul 5.00 WITA kami sudah di bandara, sebelum berpisah anak saya mencium tangan dan memohon doa.

Lalu tiba tiba dia berkata “ Mas Kukuh akan ke jakarta, Mas Kukuh akan belajar sungguh sungguh, dan akan berusaha keras bisa masuk salah satu dari 6 PTN yang mas Kukuh inginkan.. Mas Kukuh tidak akan menginjakkan kaki lagi ke Lombok sebelum mas Kukuh bisa masuk 6 PTN itu... Mas Kukuh tidak akan pulang, Mas Kukuh Janji..."

Ibunya yang sangat mengenal kekerasan tekat anaknya, seketika itu juga menangis, sambil memeluk kepala anak lakilaki kami satu satunya dan menciuminya, seakan akan ini adalah pertemuan terakhir, dan tidak akan ada pertemuan lagi.

Test yang kedua adalah SBMPTN , waktunya satu bulan setelah SNMPTN, istri saya tak henti hentinya shalat sunat, berdoa, agar Allah agar memberikan kemudahan buat anaknya, supaya bisa masuk perguruan tinggi yang di inginkan, dan mau kembali ke rumah, kumpul lagi bersama keluarga.

Saat pengumuman, kami mendapat kabar bahwa di SBMPTN ini pun anak kami GAGAL, airmata ibupun mengalir.

Melalui telpon, anak saya memberi kabar, bahwa dia masih memiliki harapan untuk bisa masuk UI dengan mengikuti SIMAK UI. Ini adalah ujian mandiri, di adakan di kampus UI, dan di tempat lain di seluruh indonesia yg di tentukan.

Dengan harap harap cemas, kami semua menunggu pengumuman hasil SIMAK UI, malang tak dapat di tolak, kali ini pun anak kami GAGAL.

“Mas anak kamu Stress", kalimat pertama yang saya dengar by phone dari mulut adik saya yg ada di jakarta, tempat di mana anak saya menginap.

“Dari malam sampai jam 5 pagi engga pulang pulang, mutar mutar keliling UI sendirian" , itu kalimat kedua.

Pagi itu juga saya cuti kerja, pesan tiket dan langsung berangkat ke jakarta. Saya temui anak saya sudah kembali ke kamar, sedang belajar lagi, sinar matanya agak redup, badannya kurus, sehingga kepalanya jadi terlihat besar. Tiga kali kegagalan berturut turut benar benar memukul jiwanya. Saya khawatir dia patah semangat.

Lama kami bicara, saya berikan motivasi lewat contoh contoh pengalaman hidup saya, saya tekankan padanya agar tidak lupa berdoa, setelah berusaha dengan keras. Ingatlah kepada TUHAN, karna pada saat seperti ini tidak ada yang bisa menolong kamu selain kamu sendiri dan TUHAN...

“ Ingat" saya tekan kan lagi pada anak saya “ saat ini tinggal kamu dan TUHAN, keberhasilan kamu di tentukan oleh 2 hal, perjuangan keras kamu dan kemudahan yang TUHAN berikan".

Saya tinggalkan anak saya dalam kondisi badan yg lemah karna kurang tidur, akan tetapi saya melihat semangat yang masih bergelora dari pancaran sinar matanya. Selama semangat masih berkobar, saya tidak terlalu khawatir.

UMB yang di selenggarakan oleh beberapa Universitas adalah kesempatan ke empat bagi anak saya untuk bisa masuk ke Universitas yang di tuju, lokasi test di SMA 31, Matraman – Jakarta. Ada 3 pilihan yang bisa di ikuti. Seperti biasa sebelum ikut test, anak saya selalu telpon ibunya dan meminta doa.

Usaha dan kerja keras sudah di lakukan, namun semua ketentuan di tangan TUHAN, Malang tak dapat di tolak, test kali inipun anak saya GAGAL. Dengan hati yang sedih, saya berdoa kepada TUHAN, semoga kegagalan empat kali berturut turut ini tidak membuat anak saya PUTUS ASA. Habis sudah kesempatan untuk bisa masuk PTN lewat jalur seleksi bersama, satu satunya harapan adalah melalui jalur mandiri, dengan cara mengikuti test dan daftar di kampus masing masing.

Utul (ujian tulis) masuk UGM dan UM (Ujian mandiri ) masuk UNDIP di lakukan hampir bersamaan. Lebih awal UTUL UGM beberapa hari setelah itu baru Ujian mandiri UNDIP, lokasi UTUL UGM di al azhar – jakarta, sedangkan lokasi ujian masuk UNDIP di kampus UNDIP Semarang.

Setelah mengikuti UTUL UGM, Anak saya pun berangkat ke semarang untuk ikut UM UNDIP. Kali ini dia berangkat sendiri. Sedih juga , melihat anak usia 18 Tahun, pergi sendirian ke Semarang, demi untuk meraih cita citanya.

Ujian masuk Universitas Brawijaya di lakukan beberapa hari setelah UM UNDIP, anak saya pergi ke Malang untuk ikut test Mandiri Gelombang I di Universitas Brawijaya. Perjalanan di tempuh naik kereta-sendirian, sampai di malang, segera melakukan pendaftaran di UN Brawijaya dan cari kost kostan buat nginap di sekitar lokasi kampus.

Saya ingat betul saat itu bulan puasa, saya sempat telpon anak saya untuk menanyakan kapan pengumuman masuk UNDIP di umumkan, sekalian juga saya minta nomor ujiannya. Tidak seperti biasanya kalau menjawab telpon, kali ini anak saya menjawab telpon dengan pelan, kalimat keluar satu demi satu dengan tertib, tidak pernah mengulangi kalimat yang di ucapkannya sampai 2 kali. Saya mencatat nomor ujiannya, sambil terheran heran dengan perubahan yang terjadi....ada apa dengan anak saya..? apa yang terjadi...?

Malam itu saya dan istri saya tidak bisa tidur, malam dimana pengumuman hasil test ujian mandiri UNDIP akan di umumkan, tepatnya jam 00:00 WIB, atau jam 01:00 WITA. Saya sudah siap dengan perangkat komputer dan modem.

Tepat jam 01:00 wita saya memasukan nomor ujian anak saya ke kolom penerimaan hasil test ujian mandiri website UNDIP , setelah semua nomor saya masukan maka keluar jawaban “SELAMAT, PESERTA DENGAN NO UJIAN ATAS NAMA KUKUH TRUNA WIJAYA DINYATAKAN LULUS TEST MANDIRI UNIVERSITAS DIPONEGORO PADA BIDANG STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI" , saya seakan tidak percaya, saya ulangi lagi memasukan no ujian anak saya , jawaban sama yang di tampilkan pada layar monitor.

Istri saya masih bersimpuh di atas sajadah, lengkap dengan mukenanya, matanya terpejam, entah sudah berapa rakaat dia shalat sunat, perlahan saya sentuh tangannya “ Bu Anak kita di terima di UNDIP".

Tengah malam itu, tangisan pecah tak terkendali, beban yang menghimpit di dada seorang ibu selama berbulan bulan, ditumpahkan sekaligus dalam bentuk isak dan airmata. Tangis itu begitu keras, sampai sampai istri saya sulit bernafas karenanya, khawatir juga saya melihat kondisi istri saya, berulang ulang saya berusaha menenangkan

Setelah semua tenang, jam 2:00 saya telpon anak saya, sekalian membangunkannya untuk sahur, “Assalamualaikum, Mas Kamu lulus, kamu di terima di UNDIP" kabar ini mengawali pembicaraan saya di telpon.

“ Iya Pak, Alhamdulillah, Mas Kukuh juga sudah lihat, apakah ibu sudah tau..?"

“Ibu kamu sudah tahu, kamu pulang ya besok, ibu kamu sudah kangen?"

Setelah anak saya pulang kerumah, di suatu sore setelah shalat taraweh, kami berkumpul di meja makan, saya bertanya ke anak saya, “ Mas bagaimana ceritanya kamu bisa lulus test di UNDIP...?

Anak saya mengisahkan perjalanan  yang menurut saya berbau Spiritual :

ini ceritanya :

Setelah 4 kali gagal test ujian masuk PTN yang di inginkan, Mas Kukuh Sedih banget. Mas Kukuh shalat malam, dan berdoa kepada Tuhan, mohon agar di mudahkan dalam mengikuti UTUL GAJAHMADA dan UM UNDIP.

Malam itu Mas Kukuh bicara kepada Tuhan, Ya Tuhan Mas Kukuh sudah belajar mati matian, sekarang saatnya Mas Kukuh Pasrahkan semua kepada Tuhan. Ya Tuhan berikanlah yang terbaik buat Mas Kukuh, apapun itu akan Mas Kukuh terima.

Lalu tiba tiba hati Mas Kukuh tenang banget, keinginan dan EGO Mas Kukuh yang kuat itu seakan akan hilang, berganti dengan kepasrahan kepada Tuhan. Malam itu Mas Kukuh bisa tidur dengan nyenyak dan tidak lagi gelisah seperti biasanya.

Pagi itu Mas Kukuh berangkat ikut UTUL UGM dengan hati yg ringan, beban yang begitu besar menghimpit, yang membuat  gelisah, hilang entah kemana. Mas Kukuh duduk di meja yg sudah di tetapkan, pengawas membagikan soal dan lembar jawaban.

Mas Kukuh berdoa dulu sebelum membuka lembar soal, lalu tiba tiba terbayang wajah Ibu, Wajah Bapak, Wajah adik laras, Wajah adik Cahaya.

Lalu terbayang semua pelajaran yang pernah mas Kukuh pelajari, bahkan terbayang juga posisi guru saat menerangkan pelajaran tersebut. Bayangan itu masih terus berlanjut ketika Mas Kukuh membuka soal yang pertama, bayangan itu seperti sedang mengajar, seperti saat guru BIMBEL Mas Kukuh menjelaskan di depan kelas, dan anehnya bayangan itu datang silih berganti, kadang guru SMA Mas Kukuh, kadang guru BIMBEL, yang di bahas oleh bayangan bayangan itu adalah soal soal yang sedang Mas Kukuh kerjakan.

Bayangan guru guru Mas Kukuh terus ada, seakan akan sedang mengajar di depan kelas dan mengajarkan soal demi soal sampai soal yang terakhir. Ruangan kala itu sepi sekali, rasanya cuma Mas Kukuh sendirian. Mas Kukuh baru sadar ketika bel tanda usai UTUL berdentang. Dan bayangan itu hilang entah kemana. Soal soal sudah Mas Kukuh kerjakan semua.

Pada saat ujian mandiri UNDIP yang hanya selisih beberapa hari, bayangan itu muncul lagi, guru guru Mas Kukuh datang silih berganti, mengulas semua yang pernah Mas Kukuh pelajari, kadang mengingatkan kalau ada rumus yang terlupa...suasananya persis seperti saat UTUL UGM.

Itulah Bapak pengalaman Mas Kukuh yang membuat mas Kukuh di terima di UNDIP, demikian anak saya mengakhiri ceritanya.

Demikianlah mas Azrul, pengalaman anak saya, tulisan Mas Asrul yg selalu saya baca setiap rabu, dan pada rabu ini mengingatkan saya mengenai kisah anak saya. Entah ini WUWEI atau bukan. Tapi bagi saya ini adalah karunia yang luar biasa.

Oh ya sebagai penutup saya informasikan bahwa anak saya tidak jadi kuliah di UNDIP, karena beberapa hari kemudian UGM mengumumkan hasil test UTUL dan anak saya di terima, jadi anak saya di terima di 2 universitas ternama, yaitu UNDIP dan UGM, saat ini anak saya memilih kuliah di UGM Djogjakarta. Terima kasih kepada Tuhan atas semua kemudahan yang di berikan.

Sumber : dianmuliana.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun