Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menuju Kota Harapan dengan Kereta Api

7 Maret 2019   11:28 Diperbarui: 7 Maret 2019   16:59 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Stasiun Payakumbuh/Sumatera Railways/KITLV

Tak lama setelah kereta dari Payakumbuh itu berhenti, kereta yang kami tumpangi mulai bergerak. Pak Uwo menyuruhku kembali duduk seperti semula. Menyender ke dinding membelakangi jendela, sambil menakutiku nanti bangku tempat dudukku diduduki orang.

Karena duduk membelakangi jendela, aku tak bisa melihat pemandangan yang ada di luar, begitu juga aku tidak bisa melihat pemandangan dari jendela di seberang tempat duduk kami, karena juga tertutup oleh orang yang duduk di sana. Kecuali hanya pucuk-pucuk pohon yang seakan berlari melawan arah laju kereta yang aku tumpangi.

Rupanya, karena tidak ada pemandangan yang menarik hatiku di atas kereta itu, juga karena keletihan berjalan jauh, membuat mataku kembali mengantuk. Beberapa kali aku mencoba untuk menahannya tapi hanya bertahan sebentar, hingga akhirnya aku tertidur pulas tak ingat apa-apa lagi.

Setiap kereta api berhenti di stasiun aku terbangun. Tapi begitu kereta berjalan, kembali aku tertidur lagi. Irama roda kereta api yang beradu dengan rel, beserta ayunan kereta, kurasakan bagaikan ayunan yang menina bobokkan aku, hingga aku tertidur pulas.

Aku terbangun ketika pak Uwo menepuk-nepuk tanganku dan kereta tak lagi bergerak. Rupanya kami telah sampai di Payakumbuh. Kamipun bersiap untuk turun dari kereta api seperti penumpang lainnya. Karena tempat duduk kami jauh di tengah, kami baru bisa turun setelah deresi itu hampir kosong.

Setelah turun dari kereta api dan berjalan di peron aku melihat alangkah banyaknya jalur kereta api disana, tapi aku melihat hanya satu rangkaian kereta api di sana, yaitu kereta api yang kami tumpangi tadi.

Dari peron kami belok ke kiri, melewati kantor dan tempat penjualan karcis. Sampai di luar stasiun kami langsung berhadapan dengan jalan raya. Di depan kami aku melihat bendi sedang berhenti menunggu penumpang yang baru turun dari kereta api. Aku mengikuti pak Uwo belok ke kanan dan menyusuri jalan raya yang lebar itu, seperti juga banyak orang lain yang berjalan di depan maupun di belakang kami. Sebagian lain ada juga yang naik bendi, arahnyapun sama dengan kami.

Setelah agak jauh dari stasiun aku melihat ada beberapa mobil berhenti di sebelah kanan jalan. Setelah aku semakin dekat ke sana, aku melihat ada orang memasukkan selang di samping mobil.

Di sampingnya aku melihat seperti orang memompa mengayunkan sebuah tangkai besi ke kiri dan ke kanan, pada sebuah kotak yang tingginya hampir sama dengan orang yang memompa itu.

Di atasnya lagi aku melihat dua gelas bulat panjang berdampingan yang satunya nampaknya sedang diisi oleh orang yang memompa itu, sementara gelas yang di sebelahnya isinya semakin berkurang. Aku ingat pernah melihat alat itu sewaktu Pergi merantau ke Pekanbaru beberapa tahun sebelumnya. Alat itu untuk mengisi bensin ke dalam mobil, di tempat penjualan bensin.

Semakin jauh kami meninggalkan stasiun, aku melihat tempat yang kami tuju itu semakin ramai. Dalam hati aku bertanya, apakah itu pasar Payakumbuh yang dikatakan sopir bus Sinar Riau, dan pernah aku lewati sewaktu berangkat ke Pekanbaru dulu, yang dikatakan ramainya setiap hari Minggu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun