Jalan setapak kini berselimut kabut
Rinai hujan membasuh wajah bumi yang lelah
Merengkuh anak anak bumi yang gemetar haus akan dekapan
Di tengah kerisauan yang merampas sukacita
Bagaimana kami mampu menyeka air mata
Ketika menghantar satu per satu jiwa pergi
Bencana ini menghempaskan jiwa dari gugusan tertinggi
Terbelenggu dalam pusaran duka
Peluh kini bercampur derai air mata
Tak berdaya tuk meraih sukacita yang pernah berjaya
Entah sampai kapan bumi mampu merengkuh anak - anaknyaÂ
Bahkan ketika sudah tak lagi mampu berdamai dengan waktu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!