Atau... Saat teman kami yang bernama Ich*, menjawab penjelasan dosen dengan kata "OK" (seharusnya kami menjawab, "Yes, Ma'am"), yang dikatakan dosen kami adalah,
"Ich*, don't say OK to me" yang otomatis dijawab "OK" oleh si Ich* ini.
Atau, pernah salah satu dari kami menyebut kata yang salah, dan begini respon dosen kami,
"R*ni, don't say stupid thing!"
Menegangkan memang, tetapi setelah kami lulus hal ini menjadi kenangan manis yang selalu membuat kami tertawa. Â Di kelas bila mahasiswa yang tugasnya yang tidak tuntas, kami terbiasa mendengar ucapan, "See you next semester" yang berarti kami otomatis tidak lulus di mata kuliah yang diampu dosen ini. Â Yes, dosen-dosen kami memang sekeren itu.
Tapi lihat apa jadinya kami sekarang... kami menjadi wanita-wanita tangguh yang tidak mudah menyerah. Â Rata-rata kami berprofesi menjadi guru dan dosen, tapi ada pula yang bekerja sebagai staf di kementrian. Â Terima kasih banyak, bapak/ibu Dosen kebanggaan. Â Tidak hanya belajaran Bahasa Inggris, tapi kami juga belajar hidup dan bertahan hidup. We love you.
Kami jarang berkumpul memang. Alasan utamanya karena kesibukan masing-masing, standar lah. Tapi hati kami tetap tetap menyatu. Kami tetap saling menjaga dan saling menyayangi (alay banget sih).  Masa sedih pun kami lalui bersama, di saat suami dari anggota kami berpulang, dan bahkan saat salah satu kami berpulang di puncak pandemi lalu.  Kami saling berpegangan.  Kami bisa karena kami bersama.  (Allah be with you, dear Puji)
Semoga Allah menjaga persaudaraan kami sampai ke surga. Â Dan bagi semua yang membaca cerita saya, semoga Allah menjaga persahabatan kalian dengan teman-teman tercinta. Â Karena katanya sahabat baik, bisa mengajak kita ke surga. Â InsyaAllah
