Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Semut dan Teh Manis

26 September 2025   11:27 Diperbarui: 26 September 2025   19:09 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada gula ada semut

Durung Rondo ojo direbut

Penggalan lagu di atas memang tidak ada hubungannya dengan tulisan kali ini, namun pada kesempatan ini saya telah mendapatkan sebuah pelajaran setelah saya membuat segelas teh manis, tentu saja bukan teh untuk dijual, melainkan untuk diminum sendiri.

Ada sebuah kebiasaan saya yang kadang membuat istri saya ingin nabok dengan mesra, yakni kebiasaan saya meninggalkan gelas kotor di atas meja, alih-alih menaruhnya di wash bag agar bisa dicuci nantinya.

Di suatu pagi menjelang siang, saya merasa ingin membuat teh manis, kebetulan Istri sudah berangkat mengajar dan saya stand by di rumah untuk berjibaku dengan urusan domestik (baca: cuci baju), setelah minuman manis itu saya teguk hingga menyisakan 1/4 gelas, saya putuskan untuk kembali berurusan dengan cucian yang lumayan banyak.

Setelah selesai mencuci, badan saya cukup berkeringat hingga membuat saya ingin membasahi tubuh (baca: mandi) tidak lupa gosok gigi, dan memakai sabun wangi. Setelah selesai dengan urusan mandi, saya terkejut ketika melihat gelas yang saya pakai untuk minum teh tersebut telah dipenuhi dengan semut yang sudah tiada, alias sudah mati mengambang di tengah teh manis.

Sebagian semut masih ada yang berlarian, mungkin sedang mengirim berita duka ke semut ratu atau keluarganya, bahwa ada rekan sesama semut yang meninggoy karena kebanyakan minum cairan bernama teh manis.

Melalui peristiwa ini, tentu saja saya bisa bisa berkonspirasi bahwa Teh manis membunuhmu, karena ada semut yang mati gegara minum teh manis terlampau banyak, tapi bukan itu inti masalah yang ingin saya jlentrehkan.

Mari kita analogikan bahwa teh manis adalah suatu kesenangan, kita tentu saja bersepakat bahwa semut merupakan binatang yang senang mendatangi makanan manis atau apapun yang mengandung gula, kecuali senyum manismu.

Semut merupakan binatang yang dikenal memiliki pengorganisasian yang baik, sebut saja ada semut ratu, semut prajurit dan semut pekerja, ketiganya memiliki tugasnya masing-masing, semut ratu bertugas untuk bertelur, semut prajurit bertugas melindungi koloni dan semut pekerja bertugas untuk menggali sarang, merawat anak semut dan mencari makanan.

Besar kemungkinan, semut yang meninggal di kubangan teh manis tersebut adalah semut pekerja, mungkin dia depresi berat karena tidak mendapatkan apa itu work life balance di koloninya, sehingga dia lampiaskan dirinya untuk minum teh manis sepuasnya.

Tapi itu hanya kemungkinan saja, karena saya belum pernah mendengar ada semut psikolog yang bertugas menerima konseling dalam sebuah koloni.

Teori di atas tentu saja tidak bisa dikonfirmasi, tapi satu hal yang pasti, bahwa semut tersebut mati karena terjebak oleh hal yang disenanginya, sekali lagi saya tuliskan, semut tersebut mati karena ia tenggelam dalam keasyikannya, sampai dia lupa bahwa dia masih memiliki pekerjaan yang semestinya masih bisa dilakukan.

Baca Juga : Sekotak Susu

Apa Makna?

Kita sering mencari segala cara untuk mendapatkan kesenangan, entah itu dengan cara yang baik atau cara yang tidak baik, dan terjebak dalam sebuah kesenangan ternyata bisa menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

Misalnya anak dari penjual bakso, di mata teman-temannya, dia adalah anak dari penjual bakso yang bisa menyajikan bakso dengan rasa yang sangat enak, rasa kuah dan baksonya konsisten hingga membuat siapapun tak kuasa menolak untuk mencicipinya saat semangkok bakso hangat sudah ada di depannya.

Tapi, berbeda dengan anak penjual bakso tersebut, dirinya justru merasa tidak lagi menemukan kenikmatan dalam semangkok bakso, bahkan ketika berada di luar rumah, aroma bakso justru menjadi hal yang menjemukan, seakan Tuhan telah mencabut kenikmatan bakso dari penginderaannya.

Dari peristiwa terjebaknya semut di dalam gelas teh manis tersebut, saya bisa melihat dengan jelas bahwa semut yang masih hidup adalah semut yang tidak berlama-lama mampir di dalam gelas, mereka hanya minum sedikit lalu kembali bekerja untuk koloninya.

Peristiwa ini seakan memberikan pelajaran bahwa aktifitas "bersenang-senang" tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Semut yang bisa selamat dari peristiwa tersebut merupakan semut yang tahu diri dan tahu batas, ia tahu bahwa dirinya hanyalah seekor semut yang perutnya kecil, ia juga tahu batas bahwa jika minum terlalu banyak, dirinya akan susah untuk merangkak naik keluar dari gelas dan berisiko tenggelam dalam cairan yang sempat membuatnya senang.

So, terdapat 3 program yang perlu kita install dalam diri kita, yakni sikap dan perilaku yang tidak berlebihan ketika mendapatkan kesenangan, serta tahu diri dan tahu akan batas diri.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun