Setelah menikah dan memiliki anak, saya mengakui bahwa rasa cemas atas kesehatan finansial atau keuangan menjadi hal yang terkadang membuat saya merenung. Meski kemudian saya tersadar bahwa Tuhan tidak mungkin membiarkan hambaNya kelaparan. Jangankan manusia yang berakal, cicak yang tidak bisa terbang saja bisa menangkap nyamuk untuk dimakan.
Namun, saya tetaplah manusia biasa yang bisa saja merasa takut, cemas, kalut atau bahkan bingung akan melakukan apa. Beruntungnya istri saya selalu berkata "sudah, Pak. Tidak usah terlalu dipikirkan."
Suatu ketika ada momen yang membuat saya yakin bahwa ketika isi dompet dan saldo ATM berjumlah tidak lebih dari 100 ribu, Tuhan tidak lepas perhatian kepada hambaNya.
Kala itu di dompet saya hanya ada uang sekitar 20 ribuan. Saat hendak berangkat kerja istri saya berkata "Susu anak hampir habis, Pak." Sebuah kalimat yang tentu saja membuat saya tidak boleh terdiam. Lalu saya kenakan seragam dinas dan berangkat bekerja sambil bernyanyi lagu berjudul Kehidupan dari God Bless.
Seribu satu problema, menyesak di dalam dada
Apa itu?
Susu Anakku
Setelah saya sampai di tempat kerja, dimulailah operan jaga oleh Perawat sebelumnya, kala itu hanya ada 1 pasien di Bed dan rekan sejawat saya berkata.
"Mas, kamu yang ngrujuk, ya! Tinggal nunggu ambulans"
"Baiklah, siap," jawab saya.
Kala itu saya merujuk pasien dengan masalah Cedera Kepala dan membutuhkan rumah sakit yang memiliki fasilitas CT Scan dan ketersediaan pelayanan dokter spesialis neurologi. Karena kebetulan saya bekerja di Klinik, sudah pasti pasien tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal jika hanya dirawat di tempat saya bekerja.