Di tengah hingar bingar persiapan acara penayangan video musik karya mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, ada satu momen yang tak kalah berkesan: kehadiran seorang alumni yang kini sukses di dunia perfilman. Sebelum lampu auditorium meredup untuk memutar karya-karya visual, sebuah kuliah umum singkat digelar. Ini bukan sembarang sesi teori, melainkan sebuah kesempatan langka untuk menyerap inspirasi langsung dari sosok yang sudah makan asam garam di industri. Dialah Mulia Alif, alumni Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga angkatan 2009, seorang praktisi film yang kini siap berbagi perjalanannya.
Kehadiran Mulia Alif kala itu menjadi semacam oase bagi kami, mahasiswa semester dua mata kuliah Pengantar Broadcasting. Di usia kami yang masih mencari arah, seringkali bayangan tentang dunia kerja terasa abu-abu, penuh ketidakpastian. Mendengarkan kisah nyata dari seseorang yang telah melaluinya, dan berhasil, adalah sebuah anugerah. Mulia membuka sesinya dengan kerendahan hati, menceritakan bagaimana ia menemukan passion sejati di dunia perfilman. Ini bukan cerita sekali jadi, melainkan sebuah perjalanan panjang yang penuh liku. Ia tidak sungkan berbagi tentang momen jatuh bangunnya, tentang ragu yang kerap menghampiri, hingga tantangan berat saat ia merintis karier dari nol.
Kami semua terpaku, menyimak setiap kalimat yang meluncur dari bibir Mulia. Ia tak hanya bicara manis tentang gemerlap layar lebar, tetapi juga dengan jujur memaparkan realitas di balik layar yang jarang diketahui publik. Sisi-sisi beratnya produksi, tekanan deadline, hingga tantangan kolaborasi tim yang beragam karakter. Kisahnya bukan dongeng, melainkan cerminan perjuangan yang nyata. Ini penting, karena kami sendiri baru saja merasakan sedikit "pahitnya" proses produksi video musik tugas kuliah. Mulia Alif seolah menegaskan, apa yang kami rasakan itu valid, dan itu adalah bagian dari proses.
Namun, di antara semua cerita perjuangan itu, Mulia Alif juga menyisipkan insight yang sangat berharga: pentingnya pengalaman dari proyek-proyek kecil seperti tugas kuliah. Menurutnya, dari situlah biasanya seseorang mulai menemukan gayanya sendiri dalam berkarya. Sebuah pernyataan yang terasa sangat relevan, mengingat kami baru saja menyelesaikan proyek video musik yang penuh drama dan tawa. Kami seperti menemukan benang merah, bahwa apa yang kami anggap "sekadar tugas" ini ternyata bisa jadi titik awal yang krusial untuk serius berkarya.
Mulia Alif juga menyoroti bagaimana setiap tantangan dalam proyek kecil, mulai dari mencari ide, mengelola tim, hingga mengatasi kendala teknis, adalah pembelajaran yang tak ternilai. Ini melatih kepekaan artistik, kemampuan problem-solving, dan ketahanan mental. Baginya, setiap frame yang diambil, setiap adegan yang disutradarai, bahkan setiap debat ide dalam kelompok adalah langkah-langkah kecil yang membentuk seorang kreator sejati. Ia menekankan bahwa industri perfilman itu dinamis, dan kemampuan untuk terus belajar serta beradaptasi adalah kunci utama untuk bertahan dan berkembang.
Salah satu pesan Mulia yang paling menancap di benak kami adalah: "Kalian harus belajar dari hal-hal yang kamu nggak suka, biar kalian tahu sukanya di mana." Ini adalah nasihat yang jujur dan cerdas. Seringkali, kita terlalu fokus mencari apa yang kita sukai. Padahal, melalui pengalaman yang tidak kita nikmati, kita justru bisa memahami batas diri, mengidentifikasi kekurangan, dan pada akhirnya, benar-benar mengenali di mana passion kita berada. Mungkin saat ini ada di antara kami yang masih meraba-raba minat sejati mereka, dan pesan ini jadi kompas yang sangat membantu.
Kuliah umum bersama Mulia Alif bukan hanya sekadar sesi seminar. Ini adalah suntikan inspirasi, realisme, dan motivasi yang sangat dibutuhkan. Banyak mahasiswa yang terlihat antusias, tak hanya karena kisah suksesnya, tetapi juga karena mereka menyadari bahwa potensi itu ada di setiap dari kami, dan tugas kuliah ini bisa jadi gerbang awal menuju karier impian di dunia film atau broadcasting. Kami pulang dengan kepala penuh ide dan hati yang semakin mantap untuk mengeksplorasi lebih jauh dunia di balik layar.
Kegiatan seperti ini membuktikan bahwa kampus bukan hanya tempat belajar teori, tapi juga wadah untuk bertumbuh sebagai individu kreatif sejati. Dengan semangat yang dibawa dari proyek ini, kami para mahasiswa diajak untuk lebih percaya diri dalam berkarya, tak takut mencoba hal baru, dan mulai melihat komunikasi bukan sekadar mata kuliah, tapi sebagai ruang ekspresi yang hidup dan tak terbatas. Karena siapa tahu, dari MV sederhana yang kami buat di semester awal, bisa tumbuh benih kecintaan dan bahkan membuka jalan karier kami di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI