Mohon tunggu...
dhiaadli
dhiaadli Mohon Tunggu... Mahasiswa

hobi bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pembuatan Tempat Sampah Konversi Pupuk Cair dan Organik

12 Februari 2025   00:26 Diperbarui: 12 Februari 2025   00:31 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa KKN Ciptakan Tempat Sampah Pengolah Limbah Organik Jadi Pupuk Cair untuk Kelompok PKK dan Wanita TaniSewu, Surakarta (25 Januari 2025) Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Sewu, Surakarta, menginisiasi program inovatif berupa pembuatan tempat sampah yang dapat mengolah limbah organik menjadi pupuk cair dan kompos. Program ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah rumah tangga serta memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi warga, khususnya Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) serta Kelompok Wanita Tani (KWT). Kegiatan ini berlangsung selama Januari hingga Februari 2025 dan melibatkan berbagai pihak, termasuk perangkat desa dan relawan lingkungan.

Inisiatif ini muncul dari permasalahan sampah organik yang belum terkelola dengan baik di Kelurahan Sewu. Banyak warga masih membuang sampah organik bersama dengan sampah anorganik, sehingga berkontribusi pada peningkatan volume sampah di tempat pembuangan akhir. Dengan adanya inovasi tempat sampah ini, limbah dapur dan dedaunan dapat diolah menjadi pupuk cair dan kompos yang bermanfaat bagi pertanian dan perkebunan warga.

Salah satu anggota tim KKN, Dhia Adli Djoeyo, menjelaskan bahwa tempat sampah ini dirancang khusus dengan sistem fermentasi anaerob untuk menghasilkan pupuk cair serta metode pengomposan sederhana untuk pupuk organik padat. "Kami ingin memberikan solusi sederhana tetapi efektif bagi masyarakat agar mereka bisa mengelola sampah organik sendiri dan mendapatkan manfaatnya secara langsung," ujar Dhia.

Pembuatan tempat sampah ini dilakukan secara bertahap, dimulai dengan perancangan desain, pemilihan bahan yang ramah lingkungan, hingga proses pembuatan dan distribusi ke beberapa titik strategis di Kelurahan, seperti halaman rumah warga dan lahan pertanian Kelompok Wanita Tani. Mahasiswa KKN juga memberikan pelatihan kepada ibu-ibu PKK dan anggota KWT mengenai cara penggunaan tempat sampah ini, proses fermentasi, serta cara memanfaatkan pupuk yang dihasilkan.

Relawan lingkungan, Budi Santoso, menyambut baik program ini dan menekankan pentingnya pengelolaan sampah berbasis komunitas. "Dengan adanya tempat sampah pengolah limbah organik ini, masyarakat tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga bisa memproduksi pupuk sendiri untuk kebun mereka. Ini merupakan langkah nyata dalam mewujudkan kelurahan yang lebih bersih dan mandiri secara ekonomi," katanya.

Selain itu, ibu-ibu PKK juga merasa terbantu dengan adanya program ini. Ibu Lurah Kelurahan Sewu mengungkapkan antusiasmenya terhadap inovasi ini. "Biasanya sampah dapur hanya kami buang begitu saja, tetapi sekarang bisa diolah menjadi pupuk yang bisa kami gunakan untuk tanaman sayur di pekarangan. Ini sangat bermanfaat dan mudah diterapkan," ujarnya.

Program ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah desa yang melihat manfaat jangka panjangnya. Kepala Lurah Sewu, Mei Adriyanto, berharap agar inovasi ini dapat terus dikembangkan dan diterapkan di seluruh wilayah desa. "Kami sangat mengapresiasi ide kreatif mahasiswa KKN ini. Jika program ini berhasil, kami akan mengusulkan untuk diperluas ke seluruh desa dan menjadi program berkelanjutan," ungkapnya.Ke depan, mahasiswa KKN akan melakukan monitoring terhadap efektivitas penggunaan tempat sampah pengolah limbah organik ini serta memberikan pendampingan kepada warga dalam proses pengolahan pupuk. Diharapkan, inisiatif ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan limbah organik yang lebih optimal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun