Berapa ratus kali pun kau rayu aku akan begini
masih berdiri untuk menantang dunia
Baris bait puisi ku tulis, kuselipkan kenangan
persahabatan sejati ku rajut
ku bawa sampai pada hari kemenangan
menahan dahaga di tengah terik hariÂ
sampai tiba mu'azzin berkumandang adzhan maghrib
sambil si bibi bercerita tentang kenangan masa kecil yang manis
sebenarnya bosan,
sebab terbayang sirup marjan sepertinya lebih manis
Kenapa harus layu?Â
Bila ternyata kaktus saja tetap perkasa di tengah padang pasir
Kenapa harus gelisah?
Bila dusta saja, aku takut untuk mengucapkannya
Kenapa harus takut?
Bila yang haram saja, aku takut mendekati
Yang aku takut, aku takut bila merasa diri paling suci
Aku takut memiliki prasangka bila aku akan masuk surga
Yang aku berani, aku berani untuk lepas dari sistem hidup matrialis
aku berani untuk menggugah bahwa aku siap menjadi generasi terbaik bangsa