Iyalah, setelah saya amati dari berbagai media, Amerika itu memang tak hanya orang berkulit putih keturunan Eropa. Ada orang Afro-Amerika, keturunan Asia seperti orang Jepang, orang berdarah Amerika Latin, bahkan ada orang India-nya yang bermigrasi ke sana seperti Deepak Chopra.
Sama kalau berada di Indonesia, negeri kita tercinta. Gak usah jauh-jauh deh!Â
Kalian pernah nonton Timnas sepak bola, kan? Coba kalian lihat, ada suku-suku yang bergabung dalam tim tersebut. Ada orang Jawa, Ambon, Batak, Papua, dan keturunan asing yang dinaturalisasi jadi bagian dari warga negeri ini. Â
Begitu pula dengan para pemain bulu tangkis, yang terdiri dari orang Jawa, Sunda, Tionghoa, Manado, Ambon, dan Palembang. Sudah pasti sangat beragam!
Tapi, itu semua tak ada artinya kalau mereka masih memiliki apa yang diwariskan Iblis. Ya, soal perlakuan tidak manusiawi gegara perbedaan itu tadi!
Waktu saya mengingat dan membaca ulang e-book Ketika Tuhan Tak Lagi Dibutuhkan karya Ahmad Rifai Rif'an, Iblis menolak sujud pada Adam hanya karena satu alasan; dirinya yang tercipta dari api lebih mulia ketimbang Adam yang terbuat dari tanah--iya, sesuatu yang dianggap kotor dan sering kita injak-injak ketika di luar rumah itu!
Ya elah, cuma bahan kok disombongkan? Apa hubungannya?
Bagi Tuhan, bahan penciptaan sama sekali tak ada hubungannya dengan kebanggaan! Apa Iblis bisa, sebelum dia tercipta, minta pada Tuhan agar dirinya dibuat dari api? Gak bakal mampu! Jadi, apa yang diterimanya, itu memang sudah dari sononya. Udah ditetapkan oleh-Nya!
Sama kalau berbicara tentang warna kulit. Kalau ditakdirkan terlahir dengan kulit hitam terus dia gak pede, bahkan ingin mengubahnya jadi kulit putih agar lebih cantik, misalnya, ya gak takkan bisa! Udahlah, terimalah dirimu apa adanya!
Kalau saya merujuk pada buku Ungkapan Hikmah karya Komaruddin Hidayat, tempat lahir, warna kulit, nama, dan agama adalah pemberian. Tentunya, perbedaan itu harusnya dihargai, tidak untuk dipertentangkan atau dihinakan!