Maka, wajar dong ya, kalau orang Barat meyakini bahwa bumi atau alam diibaratkan sebagai ibu (mother nature/mother earth), sampai-sampai banyak disebutkan di media berbahasa Inggris, kala saya melihatnya di mesin pencari.
Kalau kita sendiri? Ya, sama juga. Kalian ingat, orang-orang yang hidup di kepulauan Nusantara pada zaman prasejarah, mereka meyakini  bahwa alam atau bumi mengibaratkan dengan ibu yang memberi dan menopang kehidupan dengan begitu baiknya. Sampai-sampai, ada yang mengatakan begini: "Ibu Bumi Bapa Angkasa", iya kan?
Gegara kepercayaan itu, lahirlah kearifan lokal, bahkan dianjurkan bahwa setiap orang yang hidup di bumi Nusantara pada masa silam harus menghormati Ibu Bumi. Malah, sampai diadakan upacara tradisional segala untuk memuliakannya!
Tapi, lama-kelamaan, berjalannya zaman yang berubah dari waktu ke waktu, kearifan lokal perlahan-lahan menjadi hal yang dibenci. Bahkan sebaliknya, modernitas menjadi sesuatu yang diagung-agungkan.
Padahal, bukankah anak bangsa diwajibkan untuk merawat Ibu Pertiwi? Nggak cuma kita, seluruh dunia juga begitu. Bukankah masing-masing bangsa punya tanah airnya sendiri?
Jadi, yang kita butuhkan bukan sekadar "Ayolah, bersatu, jangan bikin rusuh yang memecah belah bangsa!". Itu sih belum cukup kan yaaa!
Karena, hakikatnya, tanah air kita adalah bumi itu sendiri, bahkan bagian dari Bumi. Harusnya, lingkungan hidup dong yang dikedepankan!
Caranya? Kembali ke kearifan lokal!
Lha, bukankah itu sudah kuno, ya?
Ya, itu masalah mindset,sih. Masalahnya, mau dianggap negara maju, perekonomiannya kuat, harus dibangun dengan mewah dan semodern mungkin, malah industri diperbanyak. Ya itu tadi, demi membanggakan tanah airnya!