Mohon tunggu...
dewi sulis
dewi sulis Mohon Tunggu... guru

Saya adalah seorang guru. Menulis adalah salah satu cara mengekspresikan suasana hati yang tak sempat diucapkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Have a Crush On You

21 September 2025   15:31 Diperbarui: 21 September 2025   15:42 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Have a Crush On You (dok : dewi sulis)

Raka terkesiap. "Lho, kok kamu tega sih? Padahal cantik, loh. Mantan kapten cheerleader lagi."

Dimas menoleh sebentar lalu menjawab dingin, "Cantik apanya? Otaknya kosong. Cuma bisa kecentilan doang."

Seperti ada palu besar menghantam dada Nabila. Kata-kata itu menelusup tajam, lebih menyakitkan daripada apapun yang pernah ia dengar. Tangannya bergetar, hampir saja menjatuhkan botol yang ia genggam.

Saat itu juga Raka melihatnya. Wajahnya berubah panik. "Dim... ada Nabila."

Dimas menoleh. Ekspresinya datar, seakan ia tak merasa baru saja mengucapkan kata-kata yang menghancurkan hati seseorang.

Dengan sekuat tenaga, Nabila melangkah maju. Ia mengulurkan botol air dan roti ke arah Dimas. Senyumnya dipaksakan, bibirnya nyaris bergetar.

"Selamat ya, Dim. Aku dengar kamu berhasil dapat beasiswa. Semoga sukses."

Belum sempat Dimas menjawab, Nabila berbalik dan berlari keluar. Air matanya tumpah, meski ia berusaha menahan. Senyum yang tadi ia tunjukkan hanyalah topeng rapuh. Di dalam hatinya, kata-kata Dimas terus bergema, menyayat lebih dalam daripada yang ia kira.

Sejak kejadian itu, Nabila tidak masuk sekolah. Ia memilih mengunci diri di kamar, menolak bertemu siapa pun. Wajahnya kusut, rambut berantakan seperti belum sempat disisir, matanya sembap karena terlalu banyak menangis.

Maminya khawatir, bolak-balik mengetuk pintu kamar, bahkan sempat membujuk dengan suara lembut. Maminya bahkan mengundang Adel untuk dating.
"Nak, tolong buka pintunya. Kamu tahu, kan, permintaanmu waktu itu sudah disetujui Papa? Nama Dimas sudah diluluskan untuk beasiswa. Jangan terus menyiksa diri begini."
Adel yang sudah berada di depan p[intu kamar langsung mengetuk pintu keras-keras.
"Bil, kalau kamu gak buka pintu, aku dobrak nih. Ayo cepat!"

Suara Adel selalu terdengar tegas, dan benar saja, tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Adel tercekat sejenak melihat kondisi Nabila. Rambutnya acak-acakan, wajahnya pucat, baju rumahnya tampak kusut. Tapi yang membuat Adel terdiam bukan itu---melainkan ekspresi sahabatnya. Bukan lagi murung, melainkan ada semacam tekad di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun