Mohon tunggu...
dewi sulis
dewi sulis Mohon Tunggu... guru

Saya adalah seorang guru. Menulis adalah salah satu cara mengekspresikan suasana hati yang tak sempat diucapkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Have a Crush On You

21 September 2025   15:31 Diperbarui: 21 September 2025   15:42 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Have a Crush On You (dok : dewi sulis)

Nabila menggigit bibir bawahnya. Hatinya sesak. Sejak tadi ia hanya mendengar orang lain bicara, sementara pikirannya berteriak ingin didengar. Akhirnya, ia menarik napas dalam-dalam.

"Aku nggak mau sekolah di SMA internasional," katanya pelan tapi tegas.

Suasana mendadak hening. Semua orang menoleh padanya, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

Ibu bertanya hati-hati, "Kenapa, sayang? Bukannya itu pilihan terbaik?"

Nabila menunduk sejenak sebelum menatap wajah keluarganya. "Aku capek, Bu. Selama ini aku merasa harus pura-pura bisa mengikuti standar mereka, padahal aku sadar aku biasa saja. Aku cuma ingin sekolah di tempat yang lebih sederhana. Mungkin di sana aku bisa jadi diri sendiri. Bisa punya teman yang benar-benar tulus, bukan karena nama keluarga kita."

Ayah menatap Nabila lama, lalu menarik napas dalam. "Jadi maksudmu, kamu ingin sekolah di SMA swasta biasa?"

"Iya, Yah," jawab Nabila mantap. "Aku dengar SMA Tunas Harapan cukup bagus. Aku ingin sekolah di sana."

Ibu sempat membuka mulut, hendak menolak, tapi Ayah lebih dulu menepuk bahunya lembut. "Biarkan dia memilih jalannya sendiri. Kalau itu membuatnya lebih nyaman, kita dukung."

Mata Nabila langsung berbinar. Untuk pertama kalinya, ia merasa keputusannya dihargai. "Terima kasih, Yah... Bu. Aku janji akan sungguh-sungguh."

Hari pertama masuk SMA Tunas Harapan, Nabila melangkah dengan hati berdebar. Seragam putih abu-abunya tampak sederhana, jauh berbeda dari penampilan glamournya saat SMP internasional dulu. Kali ini ia bertekad untuk benar-benar menjadi dirinya sendiri, tanpa embel-embel nama besar keluarga.

Di kelas, ia bertemu dengan seorang gadis ramah bernama Adelia. Wajahnya manis, sikapnya hangat, dan tutur katanya sederhana. Dari obrolan ringan, Nabila tahu bahwa Adelia berasal dari keluarga biasa. Ayahnya bekerja di kantor kelurahan, sementara ibunya seorang pegawai administrasi toko. Entah mengapa, justru dari kesederhanaan itu Nabila merasa nyaman. Ia bisa tertawa lepas, tanpa ada yang menyanjung berlebihan, tanpa rasa curiga akan kepentingan tersembunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun