Mohon tunggu...
dewi mayaratih
dewi mayaratih Mohon Tunggu... Konsultan - konsultan

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Semua Bisa Jadi Pahlawan Kekinian

13 November 2020   18:01 Diperbarui: 14 November 2020   01:15 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin kita semua sudah agak bosan dengan beberapa cerita dari beberapa tetua soal perjuangan merebut kemerdekaan. Perjuangan itu tidak hanya berupa pengorbanan harta benda tetapi juga nyawa. Tidak hanya itu, kehilangan harta benda bahkan nyawa itu mengubah jalan hidup sebuah keluarga, semisal dari keluarga utuh dan bahagia, kemudian sang ayah pergi berperang, dan gugur. Kondisi itu akan mengubah banyak hal dari keluarga itu; sang ibu mungkin kini menjadi tumpuan ekonomi dan lain sebagainya.

Ada juga kisah yang menyertai perebutan kemerdekaan itu semisal seorang gadis yang pada masa Jepang harus menjadi budak pemuas seks para tentara Jepang. Hidup mereka akan selalu dibayang-bayangi pengalaman buruk itu. Bahkan pengalaman itu mungkin menyebabkan dia akan menjadi lajang seumur hidupnya.

Begitu juga para pemuda pejuang yang dengan rela meregang nyawa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan kita. Mungkin dari kita masih ingat bagaimana sejarah hari Pahlawan terjadi. Bukan saja soal pertempuaran Surabaya yang menyebabkan sekitar 10 ribu orang kehilangan nyawa, tetapi karena tekad untuk mempertahankan kemerdekaan yang  bermula dari para santrilah yang menyebabkan perang sampai titik darah penghabisan itu terjadi.

Ilustrasi diatas disodorkan untuk mengingatkan generasi muda, bahwa upaya memperoleh kemerdekaan itu adalah hal yang tidak remeh dan gampang. Tapi membawa perubahan banyak aspek dalam kehidupan kita di keluarga maupun berbangsa dan bertanah air. Sehingga kondisi yang sudah kita raih seperti sekarang ini jangan sampai disia-siakan. Kemerdekaan itu merupakan warisan yang harus kita manfaatkan dengan baik.

Memanfaatkan teknologi misalnya. Harusnya kita tidak membuang-buang energy dan biaya hanya untuk mengucapkan kebencian, provokasi bahkan fitnah. Tiga hal itu adalah racun yang membuat generasi muda melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Terlebih lagi kegiatan seperti itu sama sekali tidak bermanfaat.

Kita mungkin masih ingat pesta demokrasi setiap lima tahun yang seharusnya dirayakan dengan sikap positif dan gembura, berubah menjadi pertempuran narasi yang membuat bangsa terbelah, keluarga dan pertemanan yang saling membenci dan lain sebagainya. Singkatkany, nir faedah.

Sebaliknya jika kita bisa memanfaatkan teknologi dengan baik, kita bisa membuat aura bangsa ini lebih positif dan bisa memberi manfaat kepada orang lain dan bangsa. Kita tak perlu menjadi penemu gojek yang secara nyata dapat memberi manfaat kepada jutaan orang untuk mendapatkan nafkah.  Tidak memprovokasi dan berkarya dengan baik sesuai kemampuan adalah hal yang diperlukan pada masa kini.

Membawa bangsa ke arah lebih positif sejatinya bermakna menjadi pahlawan pada masa kini. Kita semua bisa melakukannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun