Bagaimana mungkin aku membenci tanah tempatku berpijak?
Tanah yang sejak aku dalam kandungan hingga kini berdiri,
telah memberi kehidupan, memberi makan, memberi nafas bagi setiap langkahku.
Namun hari-hari ini, aku menyaksikan kenyataan yang getir.
Ranting-ranting patah, dedaunan gugur sebelum waktunya,
dan akar yang seharusnya kuat, perlahan digerogoti oleh rayap-rayap nakal.
Seakan pohon besar ini dibiarkan rapuh di tengah angin yang terus mendera.
Tetapi aku percaya, masih ada harapan.
Masih ada sisa akar yang menolak mati,
masih ada tanah yang enggan kering,
masih ada jiwa-jiwa yang tak rela melihat pohon ini tumbang.
Maka meski luka menganga,
meski gelap terasa panjang,
aku percaya cahaya itu akan kembali.
Pohon ini akan tumbuh lagi,
ranting-rantingnya akan berdaun,
dan buahnya akan menjadi penghidupan bagi generasi yang datang.
Dan aku percaya, tanah ini akan bangkit, setegak doa-doa yang tak pernah lelah dipanjatkan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI