Mohon tunggu...
Dewi Fatimatuz
Dewi Fatimatuz Mohon Tunggu... Wiraswasta - BAHAGIA

LOVE MYSELF

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kejenuhan Anak-anak di Masa Pandemi Covid-19

16 September 2021   19:48 Diperbarui: 19 September 2021   17:00 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2020 virus Covid-19 mulai menyebar di Indonesia. Sekitar Bulan Maret 2020 Sekolah mulai melakukan sistem belajar daring dimana awalnya mendapatkan pro kontra karena tidak semua orang menggunakan sosial media. Disini yang paling mendapatkan tantangan paling besar yaitu Guru Taman Kanak-Kanak.

Bermain merupakan dunia anak usia dini. Bermain bagi anak usia dini dapat digunakan untuk mempelajari banyak hal seperti, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Berrmain pada lembaga PAUD merupakan suatu titik temu antara pemahaman dan percakapan yang terjadi pada anak, orang tua, pendidikan, keluarga, psikologi dan penguatan terhadap kenegaraan

Bagi anak usia dini, bermain memiliki beberapa esensi yaitu: 1) motivasi internal, dimana anak-anak melakukan kegiatan bermain atas kemauan diri sendiri dan tanpa paksaan; 2) aktif, yakni ketika anak-anak melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan fungsi fisik dan mental; 3) nonliteral, berarti anak-anak mampu melakukan apa saja sesuai keinginan, terlepas dari realitas seperti berpura-pura memainkan sesuatu; dan 4) tidak memiliki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya, merupakan esensi dari bermain bahwa bermain dilakukan atas dasar partisipasi semata

 Dimana anak-anak belum terlalu mengerti sosial media dan rasa bermain mereka masih besar namun harus dibatasi karena kasus Covid-19. Setelah hampir satu tahun, sekolah taman kanak-kanak mulai belajar luring namun masih menaati protokol kesehatan. Karena jika dilakukan sistem belajar daring anak-anak merasa jenuh serta kurangnya interaksi terhadap teman. Di sekolah pergaulan anak terkontrol karena ada ibu guru yang mengawasi sedangkan saat daring disini tidak semua orang tua dapat memantau pembelajaran anak.Saat belajar luring anak-anak harus tetap diajarkan protokol kesehatan seperti bagaimana cara mencuci tangan dan memakai masker yang benar serta menjaga kebersihan lingkugan.Kita sebagai orang dewasa harus selalu memantau anak dalam pembelajaran daring karena dalam sistem pembelajaran adaring guru tidak dapat mengontrol secara penuh anak didiknya.Di sistem pembelajaran daring pada anak-anak peluang dampak negatif yang besar. Karena dimasa daring anak sering menggunakan smartphone sehingga peluang menjelajahi dunia maya lebih besar.

Adapun Anak usia 4-5 tahun mengatasi rasa bosannya dengan bernyanyi sementara anak usia 5-6 tahun menghabiskan waktunya untuk menonton tv. Saat ini, berbagai macam teknologi, seperti gadget, TV, game merupakan hal yang sangat melekat pada anak. Jika tidak diberikan, anak akan uring-uringan dan marah. Kebanyakan orang tua langsung memberikan gadget untuk menghindari amarah dan rasa bosan anak. Hal ini menjadikan anak kecanduan dengan gadget. Kecanduan gadget membuat anak jadi malas untuk melakukan aktivitas fisik seperti bermain di halaman, memanjat pohon, berlarian bersama teman menjadi sangat membosankan. Yang seharusnya anak harus banyak melakukan aktivitas fisik untuk merangsang perkembangan anak. Paparan teknologi yang berlebihan juga menyebabkan kemampuan anak dalam menangkap stimulasi, daya mengingat akan jadi menurun. Hal ini akan berdampak dapat kemampuan akademik dan menjadikan anak antisosial, baik dengan keluarga maupun dengan orang lain

Disini orang tua atau orang terdekat harus bisa melakukan strategi agar anak tidak bosan saat melakukan pembelajaran daring. Contohya seperti anak sering diajak berinteraksi seperti tebak gambar atau menggunakan kuis tebak gambar. Dimana biasanya bernyanyi sering dilakukan disekolah  namun dimasa daring ini guru lebih sering hanya memberikan soal serta vidio penjelasan. Disitu anak-anak masih kurang paham dan ingin bernyatanya siswa sering merasa takut sehingga soal yag kurang paham diabaikan atau memcari jawaban secara instan. Maka poin yang paling penting yaitu bimbingan orang tua dan orang terdekat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun