Menuju Benteng Portugis dan Pertapaan Kalinyamat
Tak di Malang tak di Jepara, bulan ini panas begitu menyengat. Aku hanya beberapa saat menikmati Pantai Bandengan, kemudian sarapan sekaligus makan siang di Pantai Kampung Prau berupa makanan khas Jepara, Pindang Serani.Â
Masakan ikan ini gurih asam segar dengan serai, kunyit, dan aneka bumbu lainnya. Pas disantap di cuaca yang panas. Daging ikan kakap yang tebal pas sebagai bahan kuah bumbu kuning ini. Cumi goreng tepung dan terung balado turut jadi teman nasi. Sebagai penutup adalah rujak buah dan es jeruk. Segar.Â
Tapi rasa sejuk di badan ini tak bertahan lama. Aku bergegas menuju kendaraan. Kami selama satu jam kemudian menuju Benteng Portugis. Di Desa Banyumanis Kecamatan Donorojo, letaknya.Â
Selama perjalanan, kami menjumpai penjual tape, Â hutan karet, dan makam tokoh daerah, sawah-sawah serta melewati jalan menuju Petilasan Syekh Siti Jenar.Â
Lokasi Benteng Portugis relatif agak sepi  pengunjungnya saat itu yang naik sampai ke atas bisa dihitung dengan jari. Kompleksnya lumayan besar dengan gerbang masuk yang anggun dan apik.  Pilar-pilar yang tangguh dan gaya bangunan Eropa lama dipertahankan, meski sebenarnya nampak jelas gerbang ini bangunan anyar.Â
Di dalam kompleks ada beberapa replika meriam dan bekas dermaga. Di seberang terlihat sebuah pulau yang tak berpenghuni, Pulau Mandalika.Â
Tak banyak yang bisa dijumpai di bawah. Kulihat beberapa pengunjung memilih untuk piknik, dengan menggelar tikar dan bersantap di bawah pohon. Di sini sebenarnya juga ada warung, toilet, dan mushola.Â
Karena masih penasaran, kami pun menuju bagian atas. Ternyata memang tak banyak yang tersisa. Hanya reruntuhan tembok dan replika meriam.Â
Aku terus berkeliling sekitar area. Ada replika rumah pohon Portugis. Tak ada papan informasi dan juga pemandu yang bisa bercerita.Â