Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

All Quiet on the Western Front, Film tentang Horornya Perang Dunia Pertama bagi Serdadu Jerman

4 Februari 2023   22:37 Diperbarui: 5 Februari 2023   21:35 2015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang Dunia Pertama juga menakutkan bagi para serdadu Jerman seperti yang disampaikan dalam film All Quiet on the Western Front (sumber: IMDb)

Apabila dalam film tahun 1917, penonton seolah-olah diajak untuk ikut terus berlari mengikuti tokoh utamanya yang berlomba dengan waktu untuk menyampaikan pesan, maka dalam film tentang serdadu Jerman ini penonton seolah-olah ikut merasa putus asa dan was-was melihat kekuatan musuh. Penonton seolah-olah ikut merasai betapa horornya medan pertempuran. 

Tone-nya sungguh suram dan pahit (sumber gambar: Netflix dalam IMDb) 
Tone-nya sungguh suram dan pahit (sumber gambar: Netflix dalam IMDb) 

Sedari awal tone film ini muram dan pahit. Penonton ditunjukkan adegan seragam yang diambil dari prajurit yang tewas. Seragam itu dicuci, dibersihkan dari darah, dan dikeringkan. Seragam bekas itu kemudian diberikan ke prajurit yang baru bergabung, tanpa mereka sadari seragam itu memiliki sejarah yang mengenaskan. 

Di sini ancaman peperangan bukan hanya serangan gas beracun, berondongan peluru, ledakan bom, semburan api, ataupun dilindas tank, melainkan juga ancaman kelaparan. Paul dan Kat terpaksa beberapa kali ke desa untuk mencuri ternak karena kelaparan. 

Ketakutan, kecemasan, kelelahan, dan ancaman kelaparan membuat Paul dan kawan-kawannya menantikan kapan perang berakhir. Wajah-wajah mereka suram dan menyiratkan rasa putus asa. Ada sebuah adegan yang menunjukkan bagaimana Paul merasa begitu bersalah kepada musuhnya. Meski ia seorang serdadu, ia juga manusia biasa, yang merasa bersalah ketika menyakiti seseorang. 

Memang masih ada kehangatan dalam film, tak melulu muram. Persahabatan antara Paul dan rekan-rekan prajurit, terutama dengan Kat, ibarat cahaya di tengah mendung yang tak kunjung berlalu. 

Wajah Paul nampak suram dan putus asa (sumber gambar: Netflix) 
Wajah Paul nampak suram dan putus asa (sumber gambar: Netflix) 

Film ini didominasi visual yang suram, namun sekaligus indah. Warna-warnanya cenderung muram, biru pucat, keabuan, menggambarkan situasi peperangan yang menyedihkan dan menyeramkan. Lanskap yang luas di tempat bersalju seperti menggambarkan kekosongan dan kesunyian, kontras dengan gambar-gambar yang memperlihatkan situasi di garis depan pertempuran.

Set dan desain produksinya rapi dan detail. Jajaran pemerannya ekselen. Di sini ada Daniel Brhl yang namanya populer sejak memerankan Helmut Zero di film-film Marvel. 

Skoring film yang digarap oleh Volker Bertelmann juga pas dalam men dramatisasi adegan. Ada 24 nomor dalam album soundtrack-nya yang total durasinya 53 menit dan 5 detik. Di nomor Remains, pendengar akan merasai suasana yang mendebarkan. Judul lagu-lagunya menggambarkan elemen perang dan nama tokoh, ada Tanks, War Machine, Dog Tags, Fear of What is Coming, Kat, Paul, dan Last Combat. 

Lantas apa yang dimaksud all quiet on the western front? Kalian akan tahu jawabnya setelah menuntaskan film ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun