Siapa sangka, di balik sejuknya hawa Lembang yang hari ini identik dengan vila, wisata, dan kebun stroberi, ternyata menyimpan rahasia besar: pernah ada sebuah landasan udara militer Belanda.Â
Bagi saya yang suka menulis sejarah, menemukan potongan kisah ini rasanya seperti membuka harta karun yang terkubur. Apalagi, saya bukan sejarawan akademis, hanya ibu bawel yang doyan mengutak-atik dokumen tua dan membandingkannya dengan kondisi lapangan saat ini.
Kalau kamu kira sejarah selalu soal perang besar atau nama tokoh terkenal, percayalah: justru kisah kecil seperti landasan udara Lembang ini yang bikin penasaran.Â
Sayangnya, tidak banyak orang tahu bahwa di Kampung Lapang, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, pernah ada lokasi penting untuk penerbangan di era kolonial Belanda.
Menulis Sejarah dari Dokumen Kuno
Beruntung, sekarang kita hidup di era digital. Bayangkan, dulu saya harus jungkir balik menerjemahkan dokumen berbahasa Belanda dengan kamus usang. Padahal kuliah cuma dapat jatah 2 SKS bahasa Belanda, itu pun dua puluh tahun lalu.Â
Untung ada teknologi terjemahan online dan web penyedia informasi dokumen masa lampau. Salah satunya saya temukan di delpher.nl---situs arsip digital Belanda yang menyimpan ribuan dokumen dari era kolonial.
Tahun lalu, seorang kawan berbagi dokumen soal landasan udara Belanda di Bandung Barat, termasuk di Lembang. Tidak cukup hanya membaca, saya pun mencoba mencocokkan dengan peta lama dan kondisi lapangan saat ini. Seperti puzzle sejarah, dokumen itu memberi gambaran yang makin lama makin jelas.
Landasan Udara Lembang: Fakta yang Terlupakan
Menurut catatan Departement van Gouvernementsbedrijven, atau Departemen Perusahaan Pemerintah Hindia Belanda, di Lembang pernah dibangun sebuah landasan pacu darurat bernama Noodlanding Terreinen Tjibogo (Lembang). Landasan ini berfungsi untuk pendaratan militer darurat, dengan ukuran sekitar 500 meter x 125 meter. Lokasinya hanya 100 meter dari jalan utama, berada di ketinggian 1.175 meter di atas permukaan laut.
Jaraknya? Tercatat hanya 4,5 km dari pusat Lembang dan 24 km dari Stasiun Bandung. Letak strategis ini jelas bukan kebetulan. Belanda kala itu sedang giat mengembangkan industri penerbangan, baik untuk militer maupun sipil. Infrastruktur dibuat, mulai dari landasan pacu, peta navigasi, hingga sistem komunikasi.
Sayangnya, di kalangan warga Lembang saat ini, kisah ini hampir tidak dikenal. Banyak yang hanya tahu wilayah itu sekarang sudah berubah menjadi perumahan dan kawasan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Bandung Barat.