Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Di Hotel Lantai 6

6 Maret 2024   18:13 Diperbarui: 6 Maret 2024   18:20 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar sendiri

DI HOTEL LANTAI 6

Sudah dua hari Sunjai tidur di hotel itu. Selama itu pula perasaannya tidak nyaman. Maklum ia jarang berjauhan dengan keluarga. Saat itu jam di hp sudah menunjukkan pukul 10.10 malam. Mata Sunjai juga belum terasa mengantuk.

Sunjai tak ingin berlama terganggu oleh tidur. Ia kemudian membuka fitur menulis. Seperti biasa wajah serius seperti biasa memainkan jemarinya. Entah sudah berapa lama pemuda bersorot mata tajam itu berkutat dengan fitur favoritnya menulis beragam cerita.

Sesekali dia meraih secangkir kopi yang setia menemaninya. Diteguknya pelan. Sunjai terlihat seperti memikirkan sesuatu. Sejenak kemudian dia pun kembali ke kegiatannya semula, menatap layar di depannya dengan sangat serius.

"Bro, belum tidur!"


Tiba-tiba pintu tempat Sunjai menginap terbuka. Terlihat wajah Agung. Sosok lelaki yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri, menyembul dari baliknya. Kebetulan Agung tidur di kamar sebelah.

"Ih, Agung kirain siapa mengetuk pintu. Bikin Aku penasaran."

"Memang gayamu memang gitu sih Jay."

"Ah, pura-pura. Pasti kamu ingat perempuan pagi tadi ya."

Sunjai mengangkat bahunya. Ia tidak habis pikir apa yang dimaksud oleh Agung. Rasanya tidak ada hal yang aneh tadi pagi. Sunjai mencoba mengingat sambil jemarinya terus mengetik. Agung yang duduk disebelahnya asyik nonton televisi. Ia memegang tangan Agung sambil berucap.

"Gung, kita ke lobi yuk. Kita bikin kopi sambil rokokan." Sujai mengajak Agung sambil merapikan buku dokumen rapat yang dia baca.Mereka kemudian melangkah menuju lobi hotel.

***
Terlihat beberapa petugas masih sigap menerima tamu yang baru masuk hotel. Rupanya mereka akan mengadakan pertemuan di Jakarta. Sepintas terlihat dari pakaian seragam mereka.

Setelah mencampur kopi, Sunjai mengambil air hangat di...Ternyata tempat isi air terlihat kosong. Sunjai menanyakan kepada resepsionis.
"Coba ambil di sebelah mushola Pak!"

Sunjai bergegas menuju tempat yang ditunjuk. Ternyata tidak jauh dari gang sebelah kanan. Bau menyengat kopi hitam menyengat hidung. Mereka bergegas keluar lobi tempat para tamu menikmati sensasi kopi dan hisapan rokok.

"Waah...enak, panas dan rasanya kena." Kata Agung. Kepulan asap rokok terlihat. Sunjai menimpali sambil menatap perempuan di depan yang sedang menghirup rokok.

"Nggak bosen-bosen ya Jai. Emang Kamu  mata celepuk."

Sunjai tersenyum sambil sesekali memandangi perempuan d depannya. Ada bayangan masa lalu melintas. Ia ingat tetua dahulu seperti ibu dan neneknya sesekali merokok juga.

"Jangan munafik Gung. Setiap lelaki pasti suka melihat perempuan cantik. Aku sih hanya mengagumi."

"Kalau dianya mau? Pasti ndak nolak kan?"

"Jauh panggang dari api Gung. Beli rokok aja di kampung masih ngebon. Jangan mimpilah. Enakan nulis hayalan saja."
Sunjai menjawab. Jemarinya terus bermain pada hp yang Ia pegang.

***
Sedang asik mengetik, tiba-tiba perempuan itu sudah berdiri dihadapan mereka. Tak ada sempat memperhatikan. Entah nasib baik dari mana datangnya kok bisa seperti itu. Tidak cukup sampai disitu, perempuan cantik itu berucap.

"Mas, bisa pinjam koreknya?" Perempuan berambut sebahu dan sedikit ada kesan merah berucap.

"O, boleh. Ini."
Agung tak mau kehilangan kesempatan. Ia menyodorkan korek di atas meja. Padahal pemilik korek itu adalah Jai. "Dasar Agung tak mau kalah," pikir Jai.

Tangan Agung dan perempuan itu bak pinang dibelah dua ketika saling memberi dan menerima korek. Hanya pinangnya berbeda. Tangan Agung pinang tua, coklat. Sedang tangan perempuan itu putih bersih.

"Darimana Bang? Ada meeting ya?"

Tampaknya kami berdua saling pandang. Bingung cari jawaban meeting. Kirain kita pejabat. Sunjai dengan tenang menjawab.

"Kami dari Bali. Kebetulan bertemu teman di sini."

"O, Bali ya. Aku dari Bandung. Kebetulan dikirim bos meeting kesini. Aku supervisor marketing." Perempuan itu berucap sambil tersenyum.

Yakin seyakin-yakinnya Jai dan Agung bergetar di hati kena serempetan senyum perempuan itu. Tapi mereka cuman mengangguk ketika menjauh dari tempat duduk.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun