Mohon tunggu...
Devi Ayu Vedani Putri
Devi Ayu Vedani Putri Mohon Tunggu... Guru

Seorang pendidik yang percaya bahwa belajar adalah proses seumur hidup. Saat ini, saya sedang menempuh studi S2 Pendidikan IPA untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan. Kompasiana ini menjadi sarana bagi saya untuk memublikasikan karya ilmiah dan refleksi seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menimbang Idealitas dan Aktualitas: Studi Teoretis dan Praktis Filsafat Pendidikan

1 Oktober 2025   10:36 Diperbarui: 1 Oktober 2025   12:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mindmap Teoritis dan Praktis Filsafat Pendidikan (Sumber: Arsip Penulis)

Dwitunggal Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan adalah jembatan yang menghubungkan cita-cita tertinggi tentang manusia dan masyarakat (Idealitas) dengan realitas proses pengajaran sehari-hari (Aktualitas). Ketika jembatan ini kokoh, pendidikan mampu menciptakan individu yang bukan hanya cerdas, tetapi juga bijaksana dan bermakna. Untuk memahami fungsinya, kita perlu mengupas dua dimensi utamanya.

Filsafat Pendidikan pada tataran teoretis adalah studi tentang Idealitas; ia adalah kerangka berpikir mendasar yang menjawab pertanyaan mengapa dan untuk apa pendidikan itu ada. Tanpa dimensi ini, pendidikan hanyalah aktivitas tanpa arah. Studi teoretis ini dibangun di atas tiga pilar utama filsafat:

Pilar Ontologi Pendidikan (Hakikat)

Ontologi (studi tentang keberadaan atau hakikat) dalam pendidikan berpusat pada pertanyaan: Apa hakikat terdalam dari manusia yang kita didik?

Pandangan ontologis yang berbeda akan melahirkan tujuan pendidikan yang berbeda pula. Misalnya, jika kita berpegang pada pandangan Esensialisme, yang meyakini ada inti pengetahuan dan nilai yang abadi (esensi), maka tujuan pendidikan ideal adalah mewariskan warisan budaya dan pengetahuan fundamental yang teruji waktu. Sebaliknya, pandangan Eksistensialisme melihat manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab penuh atas penciptaan dirinya, sehingga tujuan ideal pendidikan adalah memfasilitasi penemuan diri, otonomi, dan kebebasan memilih.

Pada konteks Indonesia, ontologi yang ideal adalah membentuk Manusia Seutuhnya, seorang individu yang harmonis antara kecerdasan intelektual (ratio) dan kematangan emosional dan spiritual (budi pekerti). Ini adalah idealitas tertinggi yang harus menjadi kompas bagi seluruh sistem.

Pilar Epistemologi Pendidikan (Kebenaran)

Epistemologi (studi tentang pengetahuan) dalam pendidikan berpusat pada pertanyaan: Apa itu pengetahuan yang sah dan bagaimana manusia memperolehnya? Ini sangat menentukan apa yang harus diajarkan (kurikulum) dan bagaimana cara mengajarkannya (metode).

Jika kita menganut pandangan Rasionalisme, yang menekankan bahwa kebenaran diperoleh melalui akal budi dan deduksi logis, maka kurikulum ideal akan didominasi oleh matematika, logika, dan ilmu-ilmu pasti. Jika kita menganut Empirisme, yang menekankan pengalaman indrawi, maka metode pembelajaran ideal akan bersifat eksperimental, observasi, dan berbasis laboratorium.

Namun, yang paling relevan saat ini adalah Pragmatisme, yang melihat kebenaran sebagai sesuatu yang fungsional dan teruji dalam pengalaman nyata (problem-solving). Epistemologi Pragmatis menuntut pendidikan untuk fleksibel, relevan, dan berorientasi pada pemecahan masalah. Kegagalan epistemologi di sekolah terlihat ketika siswa hanya menghafal tanpa pernah memahami cara pengetahuan itu dibangun atau diverifikasi, kegagalan yang merupakan akar dari fenomena hoax dan kurangnya literasi kritis di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun