Mohon tunggu...
Devita Yusronirviana
Devita Yusronirviana Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang.

sharing is caring :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan dan Teknologi: Menelisik Lebih dalam Suku Baduy dan Bali Aga

24 Januari 2022   08:50 Diperbarui: 24 Januari 2022   08:58 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bali selalu menjadi salah satu destinasi utama pada saat liburan maupun kegiatan lainnya. Keindahan alam serta budayanya yang masih lekat, menjadi daya tarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Bahkan tiap daerah di Provinsi Bali pun memiliki keanekaragaman budaya dan juga masyarakatnya. Salah satunya adalah Bali Aga yaitu suku masyarakat yang menganggap dirinya adalah penduduk Bali yang asli. Bali Aga atau Bali Mula biasanya membangun komunitasnya di kawasan pegunungan dengan tradisinya yang masih kental. Berada di kawasan yang sulit terjamah, layaknya Suku badui, Bali Aga masih dapat menjaga kekentalan budaya yang mereka miliki. Mulai dari bahasa sehari-hari, ritual, pernikahan, maupun upacara, masih sangat diatur dan bersifat turun temurun, di mana apabila salah seorang yang melanggar akan dikeluarkan dari desa. Keketatan budaya ini menjadikan Bali Aga masih mempertahankan keaslian budaya yang diturunkan oleh para leluhur mereka di tengah perkembangan zaman dan teknologi yang semakin pesat.

Perkembangan zaman yang semakin pesat diikuti pula dengan perkembangan teknologi yang memiliki dampak positif maupun negatif untuk kehidupan manusia. Penggunaan yang baik serta cerdas dalam memilah-milah, maka perkembangan ini akan membawa dampak yang positif, begitu juga sebaliknya. Dengan adanya teknologi pun, pekerjaan atau suatu aktivitas kita dapat terselesaikan dengan baik "menutupi" keterbatasan manusia. Individu yang teledor dan kurang bijak dalam pemanfaatan perkembangan zaman ini akan terlena dan akan mengabaikan nilai budaya yang sudah berkembang di masyarakat. Adanya perkembangan dan pemanfaatan ini dapat dirasakan pula oleh hampir seluruh masyarakat yang ada di dunia, namun memang beberapa masih ada yang masih mempertahankan nilai budayanya. Adanya arus globalisasi yang buruk pun tidak akan mereka rasakan karena pertahanan budaya mereka masih kuat. Bali Aga atau Bali Mula ini menjadi salah satu contoh konkret yang nyata pada kehidupan kita mengenai pertahanan budaya yang masih sangat menjaga nilai budaya sehingga eksistensi dari tradisi budaya mereka masih sangat terasa. Namun, mengapa Bali Aga tidak mengalami hal seperti Suku Baduy yang terlena dengan teknologi yang menimpa generasi bawah mereka.

                                                                                                                                       

Di kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, terdapat sebuah suku yang mendiami daerah tersebut yang memiliki kekentalan budayanya terkenal hingga nusantara dan bahkan mancanegara. Keturunan Kerajaan Sunda ini membagi kelompok atau komunitasnya menjadi dua yaitu, "Baduy Dalam" dan "Baduy Luar." Perbedaan antara keduanya yaitu "Baduy Dalam" yang masih memegang erat dan patuh akan aturan adat diibaratkan dengan kesucian mereka yang tidak akan tersentuh dengan perkembangan teknologi ataupun budaya luar, baik dari pakaian, pendidikan formal, alat, ataupun barang lain. Sedangkan "Baduy Luar" bisa dikatakan lebih melek dan mulai menerima sedikit perubahan yang ada dan kebanyakan hal tersebut dibawa oleh para wisatawan. Baduy Dalam menganggap dirinya sebagai pewaris leluhur yang memiliki kesadaran akan pentingnya patuh pada tradisi yang ada dan mereka sangat sadar mengenai adanya konsekuensi tertentu apabila melanggar aturan tersebut. Kebalikannya, Baduy luar dianggap sebagai para pelanggar aturan. Sehubungan dengan adanya aturan tersebut, maka para pelanggar diharuskan untuk keluar dari wilayah, maka dari itu terdapat Baduy Luar yang dianggap sebagai individu atau kelompok dari Baduy Dalam yang melanggar aturan adat. Adanya Baduy luar yang mulai melek dengan lingkungan luar, dijadikanlah sebagai perantara antara pihak Baduy Dalam dengan pihak eksternal, baik dalam bentuk kerjasama, penghargaan, maupun hal yang lainnya.

Perkembangan teknologi sangat dirasakan pada Suku Baduy ini, namun adanya rasa terkejut ataupun tak biasa dengan perkembangan ini membuat mereka terlena pada teknologi. Dilansir pada kanal Berita Satu pada tahun 2020, terdapat suatu permasalahan ancaman kehilangan satu generasi terbawah dari Suku Baduy karena adanya telepon pintar atau smartphone. Walaupun mereka tidak mengenyam dan menolak adanya pendidikan formal, beberapa dari mereka dapat membaca menulis, maka dari itu tidak kaget apabila mereka dapat menggunakan smartphone yang notabene berisikan tulisan dan gambar. Uday, keturunan ke-9 Wirasuta yang berasal dari Baduy Dalam menjelaskan kondisi yang memprihatinkan ini di mana smartphone yang dimiliki oleh para anak di Baduy ini telah mengubah banyak aspek dan sikap mereka.  Fenomena ini bersumber dari kebebasan mereka dalam melihat berbagai konten yang ada di internet. Kepala mereka terus menunduk mengikuti perkembangan dari konten yang ditampilkan tersebut. Kondisi yang sulit ini menyebabkan orangtua kebingungan dengan para anaknya yang enggan untuk membantu orangtuanya berladang atau bertani dan memilih untuk bermain dengan sosial medianya.  Adanya hal ini ditakutkan akan merusak para generasi mereka dengan adanya konten yang tersebar dan menggoyahkan pertahanan nilai kebudayaan mereka.

 

Hampir sama dengan Suku Baduy, Bali Aga juga masih mempertahankan kebudayaannya di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat dan ganas. Kendati demikian, pada penelitian yang dilakukan oleh Putu Ardiantari (2020), menunjukkan bahwa mereka secara perlahan masih terbuka dengan adanya beberapa perubahan yang berdampak pada aspek kehidupan mereka, yaitu :

Pendidikan

Tonggak kemajuan dari perubahan kebudayaan ini adalah adanya pembangunan pendidikan formal di kawasan Desa Trunyan. Pembukaan dan pembangunan dari sekolah ini membutuhkan banyak perjuangan, pasalnya adanya kebudayaan yang kuat dan masih kental, menolak adanya pembangunan sarana pendidikan formal karena pemikiran masyarakatnya yang masih konservatif. Lalu, dengan dibangunnya sarana prasarana berupa akses jalan, terbukalah pula kesempatan untuk mengakses hal lain di luar desa dan mulai terbuka juga kemungkinan untuk dibangunnya sarana pendidikan formal. Terhitung sampai tahun 2020, sudah terdapat PAUD sebanyak 2 sekolah, TK sebanyak 1 sekolah, dan SD sebanyak 1 sekolah. Hal ini juga didukung dengan fasilitas, tenaga pendidik, serta kurikulum yang selalu update dengan kurikulum yang ada pada masa saat ini.

Mata Pencaharian 

Dari aspek mata pencaharian, sebelumnya mereka banyak yang bekerja bertani dan berkebun. Di mana mata pencaharian ini memang cocok dengan kondisi geografis mereka yang berada di pegunungan dan tanah yang subur. Tak hanya itu saja, mata pencaharian ini juga merupakan turun temurun dari para leluhur terdahulu. Adanya perkembangan teknologi juga mereka rasakan dalam aspek mata pencaharian, contohnya pada masa saat ini mereka sudah menggunakan digging stick menggantikan penggunaan cangkul. Tak hanya itu saja, perkembangan kebudayaan juga membuka pikiran mereka dengan berbagai mata pencaharian di luar sana. Banyak dari mereka yang sudah bekerja di luar dari urusan ladang maupun sawah, banyak dari mereka yang sudah bekerja sebagai pegawai bank, guru, bidan, TNI, polisi, dan pekerjaan lainnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa pekerjaan mereka juga ikut mengalami perkembangan dan kemajuan tanpa meninggalkan nilai kebudayaan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun