Mohon tunggu...
Devita Yusronirviana
Devita Yusronirviana Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang.

sharing is caring :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan dan Teknologi: Menelisik Lebih dalam Suku Baduy dan Bali Aga

24 Januari 2022   08:50 Diperbarui: 24 Januari 2022   08:58 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan Masyarakat

Pemikiran yang masih konservatif dan belum tahu dengan perkembangan di luar, berdampak pula pada pengetahuan mereka mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan mutu gizi. Sebelumnya, para masyarakat di Desa Trunyan ini masih melakukan buang air kecil maupun besar di sembarang tempat. Tak hanya itu saja, banyak dari mereka yang abai dengan kebersihan lingkungan dan pentingnya gizi tubuh, maka dari itu banyak dari mereka yang mengalami cacar serta gondok. Selain itu, mereka juga masih meminum air dari sumber Danau Batur tanpa dimasak atau diolah terlebih dahulu. Pemikiran yang konservatif juga menutup pemikiran mereka mengenai pengobatan ilmiah yang dilakukan oleh dokter, sebab mereka selama ini mempercayakan segala hal kepada dukun sebagai penolong dari permasalah yang mereka rasakan.

Apabila kita lihat dari penjelasan antara kedua suku tersebut, terdapat persamaan dan juga perbedaan dalam waktu yang bersamaan. Persamaan antara kedua suku tersebut adalah keduanya masih memegang teguh akan aturan adat atau tradisi atau nilai kebudayaan yang sudah ada sejak zaman leluhur mereka. Kepercayaan mereka akan aturan adat yang sudah ada, meneguhkan hati mereka untuk terus hidup berpedoman dengan aturan adat yang ada. Tak hanya itu saja, adanya aturan tersebut juga menjaga mereka dari adanya hukuman atau kutukan apabila melanggar dari peraturan yang ada.

Sedangkan perbedaan dari keduanya adalah suku Bali Aga sudah mengikuti dan membuka pikiran mereka terhadap perkembangan yang ada. Hal tersebut dirasakan pada aspek pendidikan yang awalnya mengaami penolakan keras dari pada masyarakat hingga pada akhirnya membuahkan hasil tebangunnya beberapa sarana pendidikan formal di sana. Pada aspek mata pencaharian, mereka sudah melakukan beberapa mata pencaharian lain daripada petani sawah maupun ladang serta adanya pemanfaatan teknologi untuk memudahkan mereka dalam bekerja di sawah dengan menggunakan digging stick daripada cangkul pada umumnya. Sedangkan pada aspek kesehatan, sudah banyak pembaharuan sarana seperti mulai dibangunnya jamban agar mereka tidak buang air sembarangan, mulai dibangunnya sumur mata air agar tidak meminum air dari Danau Batur tanpa diolah, dan juga mulai terbukanya pemikiran mereka akan pengobatan ilmiah sehingga meningkatkan kesehatan mereka dengan berobat kepada dokter dan bidan yang terpercaya akan keabsahannya dibandingkan dengan dukun. Sedangkan pada Suku Baduy, mereka masih menutup dengan rapat akan adanya perubahan budaya dan teknologi yang menyebabkan mereka akan terkejut pada adanya sedikit perubahan yang ada. Fenomena ini dirasakan pada anak-anak di Suku Baduy yang menjadi kecanduan dengan smartphone dan enggan untuk membantu orang tuanya berladang maupun berkebun. Tetapi dengan selalu berpegang teguh pada tradisi adat, memang dirasa baik karena aturan adat dan kelestarian budaya mereka masih terjaga.

Beberapa perubahan yang ada pada aspek kehidupan Suku Bali Aga ditakutkan dapat berdampak pada beberapa perubahan budaya mereka, sehingga perlu dilakukan beberapa cara untuk tetap mempertahankan nilai budaya tersebut. Beberapa cara tersebut dapat berupa terus melestarikan budaya melalui pengenalan budaya dan dokumentasi, sehingga nantinya masih akan ada rekam jejaknya.

Sedangkan pada Suku Baduy, keteguhan dalam aturan adat yang sudah ada turun temurun ini patut untuk terus dilestarikan. Namun, masyarakat juga harus bisa untuk menerima bahwa semua hal yang ada di dunia ini akan berkembang. Keputusan untuk menerima itu urusan terakhir, yang terpenting adalah bisa mengerti dengan perubahan yang ada dan memilah-milah perubahan kebudayaan ataupun teknologi tersebut. Pemilahan ini diperlukan agar dapat diketahui mana sekiranya yang dapat membawa dampak negatif dan positif. Pada dampak positif dapat diterapkan dengan penyesuaian aturan adat yang ada, sedangkan dampak negatif dapat diabaikan saja dan tidak diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

 

Aridiantari, Putu. et al. 2020. Eksistensi Tradisi dan Budaya Masyarakat Bali Aga pada Era Globalisasi di Desa Trunyan. Ganesha Civic Education Journal. 2(2), 67-80.

 

Bahrudin, Babul. & Zurohman, Achmad. 2020. Dinamika Kebudayaan Suku Baduy dalam Menghadapi Perkembangan Global di Desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jurnal Institut Pendidikan. 31-47.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun