Mohon tunggu...
Devita Sari
Devita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo! 🦋

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Relasi Kuasa terhadap Fenomena Sexting yang Terjadi di Perguruan Tinggi

17 Desember 2022   14:46 Diperbarui: 17 Desember 2022   15:02 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekerasan seksual dapat dikatakan merupakan sebagai sebuah tindakan yang sering kali terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan bisa terjadi di lingkungan keluarga, teman, sekolah, bahkan pekerjaan. Selain itu, sering kali seseorang melakukan tindakan kekerasan seksual kepada mereka yang lemah dan tidak mempunyai kekuatan untuk melawan. Karena, dia merasa ketika melakukan hal tersebut kepada orang yang lemah dia bisa mendominasinya dengan kuasa yang dimilikinya.

Berdasarkan catatan dari Komnas Perempuan sejak Januari sampai November menyatakan telah menerima sebanyak 3.014 kasus kekerasan berbasis gender terhadap perempuan, yang di dalamnya termasuk 860 kasus kekerasan seksual di ranah publik, dan di ranah personal sebanyak 899 kasus. Melalui data ini bisa kita lihat bahwa kasus kekerasan seksual semakin hari semakin marak terjadi.

Selain itu, kekerasan seksual bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah yang sering kita dengar seperti fenomena sexting. Menurut Rangga, pada dasarnya kata sexting berasal dari kata Seks (Sex) dan Short Message Service atau yang lebih sering di dengar oleh masyarakat dikenal dengan SMS (Texting).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sexting adalah suatu bentuk komunikasi yang dilakukan melalui alat elektronik atau handphone, yang berisikan sebuah pesan, gambar, suara, atau video dengan muatan seksual. Sehingga, sexting juga bisa dikatakan masuk ke dalam salah satu bentuk kekerasan seksual sebab mengandung tindakan berbau seksual.

Baru-baru ini, telah ramai terjadinya kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus. Seperti yang dikutip dari web didaktikaunj.com dalam beritanya berjudul "Kekerasan Seksual di UNJ oleh Dosen, Gerpuan UNJ Buka Layanan Pengaduan" menjelaskan bahwa salah satu dosen dari Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang berinisial DA, diduga telah melakukan kekerasan seksual kepada beberapa mahasiswa UNJ, yaitu mengirimkan pesan yang sangat tidak  pantas dilakukan oleh seorang dosen kepada mahasiswinya. Tindakan kekerasan seksual dalam bentuk sexting ini terjadi melalui salah satu aplikasi yaitu WhatsApp dan sudah tersebar luas di Twitter.

Sebuah tangkapan layar berisikan percakapan DA dan korban memperlihatkan bahwa korban ingin melakukan bimbingan skripsi. Namun, ketika bertanya perihal waktu untuk bimbingan kepada DA dia malah mendapatkan balasan pesan berbasis seksual seperti "I love kamu" dan memanggilnya dengan sebutan "Sayangku". Selain itu, korban juga dikirimi pesan yang berisi pertanyaan "maukah kamu menikah dengan saya?". Hal-hal seperti inilah yang dapat membuat proses perkuliahan akhirnya tidak efektif dan sangat berpengaruh bagi psikis korban karena telah mendapatkan kekerasan seksual dari dosennya melalui media komunikasi.


Kemudian, pihak kampus sendiri mengatakan baru mendengar perihal kasus tersebut dan telah menugaskan Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dari Fakultas Teknik untuk mengurus hal tersebut. Dan untuk menangani kasus tersebut, dikatakan oleh Wakil Dekan bahwa masih memverifikasi pihak-pihak yang diduga berkaitan dengan kasus kekerasan seksual yang terjadi.

Analisa Fenomena Sexting melalui Teori 

a. Kekuasaan Menurut Michel Foucault

Menurut Haryatmoko, kekuasaan bisa datang darimana saja dan kapan saja tanpa memandang tempat. Maka dari itu, bisa dikatakan hubungan kekuasaan tidak dapat lepas dari hubungan-hubungan dalam aspek yang lain, seperti aspek ekonomi,  ilmu pengetahuan, serta hubungan seksualitas yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, memang sering kali dalam interaksi suatu individu terjadi ketimpangan karena adanya pihak yang berkuasa dan dikuasai. Inilah kondisi yang akhirnya dikenal dengan istilah relasi kuasa. Focault sendiri menganggap bahwa kekuasaan dianggap sebagai sesuatu yang tidak kasat mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun