Mohon tunggu...
Niluh Devi Nadira
Niluh Devi Nadira Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

mahasiswi universitas 17 Agustus Surabaya 1945

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Poststrukturalisme: Analisis Fenomena Toxic Masculinity Menjadi Masalah Utama Laki-Laki

8 Mei 2022   19:10 Diperbarui: 11 Mei 2022   18:41 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Posstrukturalisme merupakan sebuah critical attitude yang menkritis dan mencari sebuah alternative perubahan pada teori yang telah ada dan berkembang, tujuan utanya sendiri dengan menawarkan historical ulang, teoritikal, dan political dari beberapa prespektif tradisional agar nantinya tidak terjebak dalam suatu penjara pemikiran sehingga mampu memberikan solusi atlernatif dari teori tradisional yang mana dalam beberapa kasus dianggap tidak relevan lagi (Campbell , 2007 )

Dengan ini pemikiran toxic masculinity dapat ditentang dengan teori posstrukturalisme. Dimana pemikiran tersebut beranggapan bahwa laki-laki harus mengagungkan kekerasan, larangan memperlihatkan kesedihan serta tidak boleh memakai alat-alat identic dengan perempuan. 

Contoh mudahnya saja banyak saat ini laki-laki yang mulai menggunakan produk skincare atau beberapa alat yang identic dengan perempuan seperti cat kuku, lipbam, dan beberpa alat lainnya. 

Hal ini mereka lakukan karena bentuk dari apresiasi terhadap diri mereka dalam upaya merawat wajah hingga tubuh atau hanya sekedar ingin tampil trandi sebab setiap orang memiliki cara bergaya atau style yang berbeda beda. 

Seperti yang kita tahu banyakanya iklan atau brand sebuah produk skincare yang menggunakan brand ambassador mereka bergender laki-laki, disini dapat kita lihat bahwasannya produk semacam itu tidak hanya dikhususkan atau dibutuhkan untuk perempuan saja. 

Selain contoh tersebut ada beberapa contoh sepele lainnya yang menganggap bahwa laki-laki yang menyukai k-pop dan menonton drama korea masih dianggap lucu serta aneh karena menyukai sesuatu yang identic dengan perempuan. 


Toxic masculinity dapat dimasukan dengan teori strukturalisme dimana teori ini menganggap sesuatu hal yang terjadi didunia dipahami melalui struktur. Strukturalisme muncul sebagai pemikiran humanism (Jean Paul Satre). 

Pemikiran tersebut mengemukakan bahwa setiap individu merupakan makhluk yang bebas sehingga dapat melampaui hambatan-hambatan structural yang ada. Pemikiran ini dianggap kurang tepat sebab peran kebebasan manusia dan juga struktur kehidupan keseharian individu 

Sedangkan teori-teori postrukturalisme menjelaskan bahwa faktor social adat memiliki pengaruh dalam mendefinisikan tubuh dengan karakter ilmiah,universal dan yang tergantung pada waktu serta tempat. 

Bahwa ciri-ciri alamiah tubuh laki-laki dan perempuan memiliki makna berlainan dalam aturan sejak dahulu kala istiadat yang berjalan. Walaupun begitu postsrukturalisme dan strukturalisme memiliki kelebihan dan kekurangan. 

Kelebihan dari teori poststrukturalisme yaitu dengan melihat lebih jauh dari penanda dan petanda sedangkan teori strukturalime muncul penanda dan petanda saja, teori strukturalisme dari struktur yang memebntuk subjek yang mana didalam teori tersebut ada power edangkan teori poststrukturalisme memiliki subjek yang membentuk struktur sehingga subjek nantinya mendapatkan identitas karena adanya power.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun