Mohon tunggu...
Devi Anggraini
Devi Anggraini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Amatir

Hamba Allah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebatas Pernah Tanpa Akan

16 Mei 2020   04:01 Diperbarui: 16 Mei 2020   04:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Mengenalmu bukan suatu kesengajaan, bagiku itu adalah  prolog dari sebuah cerita. Dekat denganmu itu adalah sebuah perjalanan panjang yang kita sendiri bahkan tidak tahu dimana kita akan berhenti. Di sebuah rumah atau ditengah jalan, Aku tidak tau.  Semuanya terlihat semu. Dengan segala ketidakyakinan kita melangkah bersama dengan tenang.

Menyusuri setiap ruas jalan yang dipenuhi dedaunan kering, yang gugur karena rapuh. Daun-daun melambai diterpa angin seakan menyapa kita. Genggaman tangan ini akankah seperti dedaunan yang berguguran itu? Rapuh, lemah, dan tak berdaya oleh keadaan, memaksanya melepaskan diri dari ranting yang berdiri kokoh. Ku tatap seseorang yang tak hentinya menggenggam tangan ini, seakan ia sangat takut kehilangan. Raut wajahnya dipenuhi keresahan, genggaman nya semakin erat membuatku merasakan keresahannya.

Tenanglah wahai kekasih,,, aku bersamamu dalam setiap suka dukamu, kita memulai perjalanan ini bukan suatu keterpaksaan, tapi sebuah keikhlasan tuk bisa sampai pada tujuan yang sebenarnya kita sendiri tak tau. Perjalanan ini tanpa tujuan, kita hanya mengikuti hati. Walau akhirnya kita berhenti ditengah jalan dan memilih jalan masing-masing. Bukan kau yang memilih berhenti, tapi aku. Nihilnya kau pun tak menghentikan langkahku, kau tak mengejar ku.

Bagimu apalah aku, jika aku pergi masih ada dia dirumah yang menantimu pulang. Sedangkan aku tak tau kemana harus melangkah. Aku hanya mengikuti jalan lurus tanpa belok kanan dan juga tidak ke kiri. Aku tak tau ada apa di ujung sana. Jurang yang akan menenggelamkan ku bersama kenangan-kenangan indah kita, atau istana yang di dalamnya terhadap segala kemewahan yang membuat siapapun lupa diri. Dan aku dengan sekejap akan melupakan dirimu. Menyimpan kenangan kita dalam peti dan menguncinya rapat, lalu melemparkan kunci itu ke lautan di seberang istana.

Aku akan menganggapmu lenyap bersama kenangan itu. Jika suatu hari kau datang membawa kunci itu aku takkan membukanya. Aku akan berpura-pura lupa tentang kita. Atau aku memilih amnesia yang tak lagi mengenalimu dan hubungan yang pernah kita rajut sebelumnya. Aku adalah kertas yang kau remas hingga menjadi kusut, hancur sehancur-hancurnya dan mengembalikan nya pun tak kan bisa. Jangan meminta maaf hari ini, kau bahkan pernah ingin lari dari kesalahanmu.

Untuk apa meminta maaf.  'maaf' hanya sebuah diksi yang kau jadikan senjata ketika kau melakukan kesalahan. Saat kau dapatkan kau akan mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Kau anggap ini lelucon bukan? Memberikan harapan lalu meninggalkan adalah bakatmu bukan? Ku ucapkan 'selamat' kau sudah berhasil kini kau tinggal melihat kehancuran dalam diriku. Setelah itu aku akan lenyap karenamu. Jika suatu saat kau bertemu denganku, iya, itu aku. Tapi aku tak kan mengenalimu. Selamat tinggal untuk semua kenangan manis kita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun